Kamis, 20 Juni 2013

Cha ♥




Selasa, 18 Juni 2013

Yep, I’m totally fallen for ahjussi. Gue barusan semalem nonton movie Speedy Scandal/ Scandal Makers. Sebelumnya, gue memang sudah tertarik sama ahjussi yang satu ini, sejak nonton Hello Ghost yang kemudian dilanjutkan drama Jeon Woochi. Hello Ghost, mungkin banyak dibantu oleh plotnya yang menarik. Kocak, dan menyentuh. Inilah film yang memang paling mengaduk emosi. Meskipun genre drama biasanya bikin nangis, sebuah film yang diawali komedi menggelitik akan lebih memicu derai tangis bahkan jika itu tidak terlalu menyedihkan. Yah, terutama jadi menyedihkan karena awalnya senang. Seperti melompat dari ketinggian. Meski genre drama kesedihannya mencapai tingkat 2 meter dibawah permukaan laut, pijakan awalnya berada di 5 meter di atas permukaan laut. Sementara, genre yang komedi-komedi-sedih itu melempar kita ke 20 meter di atas permukaan laut, dan akhirnya jatuh di tanah 5 meter di atas permukaan laut. Balik, karena film yang menyentuh itu, otomatis karakternya jadi menyentuh juga, ya, Cha Tae Hyun. Jeon Woochi, drama yang berlatar sejarah Korea dan durasinya cukup panjang. Gue lupa, 20-an episode. Di film ini, Cha menjadi penyihir Tao. Sihirnya, konyol-konyol dan gayanya, latarnya, dan lain-lain itu, intinya semuanya lumayan bikin gue ketawa. Yang paling spesial di drama Jeon Woochi adalah, gejala batuk mereka. Wkwkw. Setiap Cha ahjussi batuk untuk menutup-nutupi, pura-pura sakit, dll itu lebai banget. Asli dilebih-lebihkan. Dan itu kocak wkwkwk. Daaan ujung-ujungnya gue tertarik sama ahjussi ini. Gue juga agak heran, kalo kalian lihat ya, mukanya ini tergolong lucu. Konyol dan mengundang tawa. Tapi readers, dia udah menikah loh. Dan punya anak. Hah.

Lanjut, mengenai film Scandal Makers. Gue sedih karena tidak bisa menonton part 1/11 nya T,T Sometimes I hate youtube. Pelit banget. But I still thankyou because youtube doesn’t delete the entires. Gue nonton part 2-11 nya. Filmnya menceritakan si Nam yang diperankan Cha, seorang pembawa acara radio yang baru aja menjadi bintang iklan suatu produk. Ceritanya dia punya pacar yang cantik dan karir yang lumayan. Dia juga cukup terkenal dikalangan gadis-gadis. Ada sebuah acara di radionya dimana pendengar mengirimkan pesan yang berisi masalahnya. Seorang pengirim surat, Hwang Jungnam (Park Boyoung) bercerita bahwa ia adalah anak dari seorang ibu tunggal yang hamil waktu masih muda, yang ternyata menurun ke dirinya. Ia memiliki anak umur 5 tahun. Hwang Jungnam juga bercerita bahwa ia bermimpi untuk bisa menjadi penyanyi. Sampai suatu hari Hwang Jungnam datang bawa anak kecil dan mengaku sebagai anaknya. Nam kaget hingga Hwang menyebut nama ibunya. Nam merasa ga asing dengan nama itu. Yup, Nam ingat. Ibunya Hwang adalah kakak kelas sekaligus cinta pertamanya. Gokil abis, Nam pertama kali melakukan itu (ituloh) kelas 9 dan dor! Tepat sasaran langsung hamil. Di itu juga, Nam putus dengan pacarnya. Kalau kalian nonton, perhatikan saat Nam meletakkan sepatu dua bocah itu tapi kemudian jatoh lagi. Ga lama Nam balik sambil tereak dan tereaknya itu kocak sampai gue ulang beberapa kali wkwkwk. Dan tanpa takut-takut, meski Nam lagi beradegan hot sama pacarnya, dua anak itu bergantian keluar masuk kamar untuk ke toilet. Nam marah, bagaimana mungkin? Nam mendesak mereka untuk segera pergi, tapi akhirnya mengalah juga. Hwang dan Hwang kecil (anaknya Hwang) bermalam di rumah Nam.

Film ini banyak membuat gue terpingkal. Beberapa diantaranya adalah saat Nam rebut merapikan jejak dua Hwang yang baru saja sampai rumahnya, Hwang kecil berjalan dalam tidurnya, Nam yang suka sama guru TK, Hwang kecil yang ternyata jago main piano, saat ketiganya belanja baju, saat Nam curang main kartu sama Hwang kecil, adegan Nam dan anak gadisnya tidur seranjang, dan lain-lain. Hebat, sampai di akhirnya, film ini mampu menggelitik. Guru TK yang ditaksir Nam tahu kalau Nam mengorek informasi dari Hwang kecil. Dan guru TK ini bilang, seandainya kita pacaran, apa aku akan dipanggil nenek oleh Hwang kecil? Jleb, gue sadar dan ketawa. It’s a mind blowing fact.

Touching scene. Gue suka banget adengan menyentuh film ini. Di saat Hwang dan Nam berargumen, mereka banyak mengungkapkan mengenai kebenaran. Hwang datang bukan untuk mengancam masa depan ayahnya. Ia hanya ingin memiliki ayah seperti anak-anak lain. Yes, this is classic. Dia marah karena ayahnya marah dengan keberadaannya. Hwang bahkan ga pernah meminta untuk dilahirkan. Tapi ia lahir, dan ia komponen tubuhnya bahkan sampai karakternya adalah milik Nam, ayahnya. Tapi mengapa Nam menolaknya? Hwang tidak terima. Lalu, Nam dengan kejam akhirnya berkata dengan suaranya yang merendah. “I never wanted you.” Jleb. Mana ada anak yang ga hancur jika ayahnya bicara seperti itu dengan mata dua-duanya menatap. Gila. Dan, itulah yang dilakukan Hwang. Tangisannya menyayat. Besoknya Hwang langsung cao.

Nyatanya, Nam merindukan kehadiran dua Hwang dalam rumahnya. Kini rumahnya sepi, ia makan dan tidur sendiri. Nam ingin berbaikan dengan anak gadisnya, dan ia meminta maaf secara tidak langsung lewat, radio. Spesialisasinya. Nam membuat surat mengatasnamakan Hwang. Lalu ia berkomentar sendiri, bahwa mungkin ayah Hwang sedang dalam emosi, and he don’t mean it. Mungkin ayahnya merasa bersalah sekarang, dan Nam menyarankan Hwang untuk meneleponnya sekarang. Pada akhirnya, Hwang benar-benar menelepon. Tepatnya pembicaraan mereka gue lupa, tapi Hwang menguji Nam. Oh ya, Nam kemarin itu marah karena ada isu berhembus bahwa Nam punya hubungan romantis dengan Hwang. Nam marah karena hal itu mengancam karirnya. Jelas, di posisi Nam gue mengerti bahwa hal itu ga mudah untuk diakui, menjadi kakek di awal 30-annya.

Later, mereka udah setengah berbaikan saat Hwang mau datang di final lomba menyanyi yang diadakan radio tempat Nam berkoar. Blablabla di tinggal ibunya make up, Hwang kecil tiba-tiba hilang. Hwang panik setengah mati dan berlarian mencari Hwang kecil. Dia berlari sambil menangis, ke lorong sampai ke lobi yang banyak orang. Ia menjadi tontonan, maskaranya luntur dan kakinya telanjang. Kaget, Hwang sampai di studio tempat Nam lagi MC. Yes, Hwang naik ke panggung dan memohon-mohon, bahkan meneriakkan “appa!”. Sadly, Nam melanjutkan MC nya yang tadi terpotong. Kelihatan dia lagi galau, ikut mencari Hwang kecil atau melanjutkan pekerjaannya. Jelas karirnya dipertaruhkan. Tapi akhirnya ia ikut usaha mencari Hwang kecil, dengan mengumumkan pada audience “If you ever see a 5 yo child, he’s master piano, pro-player card, often walking in his sleep,..” Bahkan meskipun Nam ga ekstrim, ini menyentuh. And then, Nam melihat anak gadisnya yang secara kasar di amankan oleh sekuriti. And, Nam screamed. “Ya! Take your hands off her!” He started to down the stage dan buat perhitungan dengan abang-abang sekuriti. Damn, he protected his daughter. Touching, deeper.

Mereka berakhir di kantor polisi, bersama dengan guru TK. Bahkan mantan Hwang datang, dan sok-sok mau bertanggung jawab sama Hwang kecil. Pacarnya itu sama sekali ga kepikiran, mereka berhubungan enam tahun lalu, dan Hwang kecil berumur 5 tahun. Dia masih berpikir Nam adalah ayah anak itu, psikopat yang menyukai gadis muda dan mengguna-guna mantannya yang cantik. Nam sadar duluan kalau laki-laki ini ayah Hwang kecil, dan kalian tahu Nam ngapain? Dia ribut si bocah itu. Kalau mau contohnya, coba aja kalian yang gadis-gadis hamil di luar nikah, dan bawa laki-laki sialan itu ke hadapan ayahmu. Itulah yang dilakukan Nam. Bahkan dia melakukan hal itu di kantor polisi. Bagi gue, itu wajar banget. Dan poin inilah yang membuat Nam jadi memesona. Ia akhirnya melakukan apa yang seorang ayah harus lakukan. Menghajar laki-laki yang menghamili anak gadisnya.

Daaan di sanalah film ini berakhir. Ibu Hwang dan Hwang adalah gadis kuat yang mengorbankan hidupnya demi cinta. Ibu Hwang, hamil tanpa meminta pertanggung jawaban Nam dan hidup menjadi ibu tunggal. Sama dengan yang Hwang lakukan. Dua Hwang ini tidak ingin menghancurkan masa depan lelaki yang mereka cintai. Tak lupa mereka sekalian men-cheer up para gadis-gadis yang menjadi ibu karena ‘kecelakaan’.

Somehow, terselip nilai negatif yang bisa berakibat negatif juga. Hwang nampak baik-baik saja menjadi ibu tunggal, yang bisa membantu pembentukan paradigma ‘its okay to be a single mother’ dan dalam kondisi Hwang menjadi garis lurus ‘it’s okay to have sex before wedding’. Itu buruk kan? Buat Indonesia sendiri.

But overall, the love between this appa and daughter very touched. Lame or fresh, appa and daughter loves always special. Family, is the most of all. Blood related or no, wanted or no.

Sekian review dari gue mengenai film Scandal Makers. Kebetulan gue juga baru ngabisin film Sophie’s Revenge yang di co-staring oleh So Jisub ahjussi. Film ini sekaligus film terakhir dari Om Jisub yang bisa gue peroleh dari cyber world. Woah, I would miss him so much. I picked out one of their quote, “if you do, you don’t need me. You need a phsicyatrist.” Kata lawan main Sophie yang akhirnya jadi pasangan Sophie. So Jisub ga berperan banyak. Tapi mereka buat Jisub ahjussi istimewa, adegan komedi. Adegan yang jarang dilakoni si om. Meskipun pada akhir-akhirnya, senjatanya dikeluarkan juga. Tatapan berpikir oleh om Jisub yang mendalam. Matanya menyipit, ah.. #melting

Gue sedikit mau protes. Gue sangat terganggu dengan adv terutama di dialymotion. -__- whatever with pantene or SK II. They annoyed. It’s fine kalo cuma waktu opening, tapi kalo setiap beberapa menit itu.. diperhebat oleh laptop mini yang agak lelet ini, bisa-bisa gue emosi. It doesn’t make sense.