Jumat, 15 Maret 2013
Banyak hal detil yang ga gue certain di sini. Yang pasti,
gue merasa selangkah lebih dekat dengan MLEDK. Salah satu alasannya, karena
lagi ga ada kejadian yang menyangkut tema jalan dan uang. Yah, itu semua yang
bikin gue tampak aneh di mata mereka. Gue tau gue punya seribu alasan yang
membenarkan gue, dan dia juga punya seribu alasan yang membenarkan dia. Intinya
sih gue bingung. Mereka ‘maksa’ gue buat cerita alasan gue gamau gabung mereka
cari hadiah buat temen kami. Bukannya gue menutup-nutupi, eh bukan. Ya, gue
menutupi dengan kelat-kelit. Karena gue ga suka atmosfir yang biasa terjadi
kalau orang cerita tentang hal-hal yang ‘seperti itu’. Gue tau alasan gue ga
masuk akal tapi ya gimana. Jawaban gue ga bakal abis mereka tanyain tiap
celahnya. Ujung-ujungnya sama, gue di isolir. Ya gue merasa.
Oke gue pengen marah. Jadi gini cara mereka. Yul, katanya
merasa ga enak karena nanya-nanya hal kaya gitu terhadap gue. Tapi grup kosong?
Mereka chat tanpa gue. Itu ga masalah memang, jadi masalah buat gue ketika
bahan pembicaraan mereka adalah gue. Ya gue tau. Gue tau posisi sudut pandang
mereka. Tapi bisakah gue membela diri? Gue ga kaya Nas yang gamau bawa iPhone
4s nya. Bagi gue dia memang aneh, karena males untuk membawa sekalian barang
miliknya. Beda dong sama gue yang musti kucuk-kucuk dateng, naik bus
transjakarta, panas, jalan jauh, ngorbanin waktu dan uang buat makan siang di
sana. Sementara jika gue ikut nyokap, gue palingan makan abis 15 ribu. Itu uda
makanan enak pake ikan. Lah kalo gue ke mall dan makan di sana 15 ribu cuma
dapet sepotong tipis ayam dengan tepungnya 2 cm dan tajemnya ga karuan. Lantas
nanti gue sakit leher. Yaoloh. Mereka ga pernah mikir itu. Mereka sebulan
seminggunya dapet uang ngalir. Lah gue kerja seminggu aja minta bayaran ga
enak. Kerja loh gue. Kerja. Lah mereka? Di kamas main computer. Apalagi si Ice.
Seharian naro pantat ga bakal gemuk ga bakal dimarahin dan uang tetep ngucur.
Gue? Gausa gue jelasin deh. Intinya, gue ga mau nangis histeris pas ret-ret dan
menginjak peluh orang tua gue sehari-hari. Gue ga mau jadi anak yang sok baik.
Gue ga mau jadi anak yang sok sayang sama orang tuanya. Gue ga mau jadi mereka.
Ketika gue minta rekening Yul buat transfer sejumlah uang
patungan, dia bilang ga punya rekening. Seinget gue dia punya satu deh di
Danamon. Okelah. Itu bukan nama dia. Gue bilang nitip bokapnya, ga bisa? Oke,
lo bukan anak bokap lo. Titik.
Apa gue ga pengertian? Gue pengen cari blog rahasia mereka
dan liat pemandangan dari sudut mereka.