Jumat, 29 Maret 2013

We're Social




Jumat, 15 Maret 2013

Banyak hal detil yang ga gue certain di sini. Yang pasti, gue merasa selangkah lebih dekat dengan MLEDK. Salah satu alasannya, karena lagi ga ada kejadian yang menyangkut tema jalan dan uang. Yah, itu semua yang bikin gue tampak aneh di mata mereka. Gue tau gue punya seribu alasan yang membenarkan gue, dan dia juga punya seribu alasan yang membenarkan dia. Intinya sih gue bingung. Mereka ‘maksa’ gue buat cerita alasan gue gamau gabung mereka cari hadiah buat temen kami. Bukannya gue menutup-nutupi, eh bukan. Ya, gue menutupi dengan kelat-kelit. Karena gue ga suka atmosfir yang biasa terjadi kalau orang cerita tentang hal-hal yang ‘seperti itu’. Gue tau alasan gue ga masuk akal tapi ya gimana. Jawaban gue ga bakal abis mereka tanyain tiap celahnya. Ujung-ujungnya sama, gue di isolir. Ya gue merasa.

Oke gue pengen marah. Jadi gini cara mereka. Yul, katanya merasa ga enak karena nanya-nanya hal kaya gitu terhadap gue. Tapi grup kosong? Mereka chat tanpa gue. Itu ga masalah memang, jadi masalah buat gue ketika bahan pembicaraan mereka adalah gue. Ya gue tau. Gue tau posisi sudut pandang mereka. Tapi bisakah gue membela diri? Gue ga kaya Nas yang gamau bawa iPhone 4s nya. Bagi gue dia memang aneh, karena males untuk membawa sekalian barang miliknya. Beda dong sama gue yang musti kucuk-kucuk dateng, naik bus transjakarta, panas, jalan jauh, ngorbanin waktu dan uang buat makan siang di sana. Sementara jika gue ikut nyokap, gue palingan makan abis 15 ribu. Itu uda makanan enak pake ikan. Lah kalo gue ke mall dan makan di sana 15 ribu cuma dapet sepotong tipis ayam dengan tepungnya 2 cm dan tajemnya ga karuan. Lantas nanti gue sakit leher. Yaoloh. Mereka ga pernah mikir itu. Mereka sebulan seminggunya dapet uang ngalir. Lah gue kerja seminggu aja minta bayaran ga enak. Kerja loh gue. Kerja. Lah mereka? Di kamas main computer. Apalagi si Ice. Seharian naro pantat ga bakal gemuk ga bakal dimarahin dan uang tetep ngucur. Gue? Gausa gue jelasin deh. Intinya, gue ga mau nangis histeris pas ret-ret dan menginjak peluh orang tua gue sehari-hari. Gue ga mau jadi anak yang sok baik. Gue ga mau jadi anak yang sok sayang sama orang tuanya. Gue ga mau jadi mereka.

Ketika gue minta rekening Yul buat transfer sejumlah uang patungan, dia bilang ga punya rekening. Seinget gue dia punya satu deh di Danamon. Okelah. Itu bukan nama dia. Gue bilang nitip bokapnya, ga bisa? Oke, lo bukan anak bokap lo. Titik.

Apa gue ga pengertian? Gue pengen cari blog rahasia mereka dan liat pemandangan dari sudut mereka.