Sabtu, 26 Januari 2013

Minggu Ini. This Week. Zhi xing qi.




Senin, 14 Januari 2013

Temen gue yang satu, udah rampung 1 cerita. Malah udah di kirim pula. Dengan sangat congkak gue meragukan keberhasilannya. Karena mempertimbangkan gue yang udah latian nulis kaya gini setahun lebih aja masih belum mencapai standar mereka. Gue lagi menganginkan diri nih, menghibur takut akan dikalahkan. Gue kan cupu men.

Gue emang harusnya ngasih tau, tapi karena pembawaan gue yang kurang pas gue bakalan di godain dengan maksud negatif bahwa gue menggurui. Sebenernya mereka butuh nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat agar punya nilai yang bisa diperjuangkan. Kalo lo mo bikin novel, terserah tuh isinya cuma nilai-nilai asmara yang berhubungan dengan sosial. Tapi lewat pengalaman sempit gue, gue belajar bahwa yang di cari oleh redaksi majalah adalah cerita sarat dengan nilai-norma sosial, yang sukur-sukur ada asmaranya.

Sabtu, 19 Januari 2013

Gue bener-bener heran. Sedikit nguping dari meja makan tadi di pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Barat, gue dengerin beberapa patah pembicaraan 2 muda mudi ini. Si cewek lagi ngomongin tentang internet, raja jejaring sosial si facebook dan twitter. Katanya, “Gue udah ga sering neror lagi kok. Sekarang gue uda jarang liat-liatin wall orang lain…” aneh. Setau gue sih lebih tepat kata di garis bawah itu di subsitusikan dengan kata nguntit. Bahasa kerennya stalking. Neror itu..kesannya criminal. Di terror oleh kesalahan di masa lalu misalnya. Mimpi buruk, orang jahat, dan yang lainnya.

Masih soal penggunaan bahasa, seorang tokoh yang mau jadi calon presiden nih. Kalo gue sebut kalian pasti tau siapa. Gue ga bawa bendera politik apa-apa kok. Gue cuma mau ngomentari tata bahasa yang digunakan tokoh masyarakat ini. Gue sorot karena dia ngaku-ngaku mampu memimpin Negara ini secara sempurna. Dia itu nulis tweet ga pake tanda baca. Karena jadi ga jelas maksudnya apa, gue sangat meragukan kemampuan dia memimpin Negara. Okelah kalo urusan tata Negara ga ada hubungannya sama penggunaan tanda baca. Tapi ini bahasa Negara, bung. Perhatikan dong tanda baca. Meskipun lewat media internet yang informal. Ini kan di baca setiap orang yang mau baca. Balik ke hal tadi. Sekalipun urusan mengkoordinasi pemerintahan ga ngaruh ke penggunaan tanda baca, dia menjatuhkan harga diri pemimpin Indonesia. Ternyata pemimpin Indonesia ga bisa pelajaran bahasa Indonesia tingkat SD. Kalo emang terjadi dia bakalan mengusung diri jadi capres independen, gue akan nekat kirim e-mail ke opini Kompas atau Metro tv, atau mungkin nelpon sambungan interaktir Suara Anda di Metro TV. Gue bakal semprot sisi ini abis-abisan. Gue akan ngasih contoh diri gue. Gue kehilangan motivasi belajar bahasa Indonesia kalau pemimpinnya ga bisa gunain tanda baca. Terlepas dari siapa kawan dan lawannya, suku, ras, warna partai, dan hal politik yang ga gue ngerti lainnya. Gue akan nyebut kalau sampe Si orang ini jadi presiden, gue ga bakal mau belajar Bahasa Indonesia lagi, dan mengajukan usul kalo pelajaran bahasa Indonesia di tiadakan aja sebagai bentuk solidaritas terhadap presiden. Presidennya ga bisa bahasa Indonesia kok, siswa disuruh belajar. Kasian nanti presidennya jadi kalah pinter kan. Hem, kayanya ini bakal jadi inspirasi gue ke cerpen selanjutnya.

Selasa, 22 Januari 2013

Tadi di jalan lagi ngomongin Lee yang PHP mutlak. Trus dia nanya, ‘Kalo lo misalnya nih, misalnya. Suka sama dia trus dia PHP-in lo gitu, lo gimana?’ dengan diplomatis gue jawab, ‘Gue ga bakalan suka sama dia si.’ Hahaha! Trus Yul nanya, ‘Lah yang itu?’ ‘Itu mah bukan PHP, kenal aja ga.’ ‘lo masih suka sama yang itu ya?’ kemudian dengan diplomatis lagi gue jawab, ‘yaa tergantung suka yang gimana. Tapi kalo dia dateng ke Jakarta dan ada di depan mata gue, gue pasti melototin dia.’ Kemudian seolah kuisioner ia merocos gue dengan beberapa pertanyaan dalam bentuk kondisi. ‘Kalo misalnya tiba-tiba dia whatsapp lo?’ ‘Ga mungkin lah. Kan ga kenal.’ ‘Yaah misalnyaa.’ ‘Mustahil Yul’ ‘Ga ada yang mustahil.’ Oke gue nyerah dan jawab gini, ‘Yaa gue bales lah’ ‘Trus jadi sering whatsappan.’ muka gue pasti uda merah akibat efek euphoria. ‘Kalo hpnya mo ngecas bakal lo tinggal?’ ‘Ya enggak lah~’ Yul nanya gini dalam konteks ketika gue ceritain tentang Lee sebelumnya, di akhir cerita gue bilang gue tinggal dia ngecas dari sore sampe besoknya. Hahaha. Trus Yul nyimpulkan kalo gue masih suka sama Re-. Rasanya iya deh. Buktinya gue masih buka file ini dengan password nama Re- dan nulis segala hal tentang Re-. Re- itu obsesi gue kayanya. Re- Re- Re-. Re- mantan bendahara OSIS 2011-2012, Re- yang punya mantan seorang penulis dengan followers 3.000an, Re- yang jadi devil di kelas 10 C, Re- yang ceramah di depan kelas gue pada hari ketiga MOS.

Jumat, 25 Januari 2013

Ada yang mungkin bisa gue ceritain, tapi gue lagi males. Gue lagi pengen mengingat semua karakter cowok yang bikin gue terpesona dalam drama Korea. Ini karena gue baru nonton drama The King Of Drama yang juga dibintangi actor dan anggota grup papan atas Super Junior. Memang ga bisa dipungkiri karakter Siwon menarik di drama ini. Tapi memang beda tipe dengan pemeran pria utamanya. Pria dewasa yang memiliki arti ‘dingin’ yang kental dan sesekali menunjukkan sisi mellow-nya. Suaranya yang berat buat gue sadar kalau dia patut diperhatikan. Cara-cara dia menghadapi masalah, kepercayaan diri yang luar biasa, dan otaknya yang berkapasitas patut diacungi jempol. Gue terpesona lagi dengan karakter ‘bapak-bapak’. Ini bukan pertama kalinya, tapi ketika gue nyoba nyebutin semua karakter yang mampu membuat gue kembali seperti ini gue lupa. Gue akan tulis satu persatu?
1.       The King of Drama
2.       Gentleman’s dignity (ini termasuk plot yang bikin gue melenyes)
3.       Soal performance excluded character, ada Kang Minho dari 49 Days menyusul. Di drama ini, Bae Soobin keren, pake banget.
4.       Yah lupa semua. Oke sampe di sini dulu.

Ngomong-ngomong soal 49 Days, banyak orang mengkritik ending yang sedih di drama ini. Baru-baru ini tanpa sadar gue menyatakan statement yang mewakili akhir cerita drama 49 Days. Gue mengatakannya dalam kalimat ‘hidup tanpa kenangan itu sama aja mati’. Lalu gue sadar sendiri kalo ini yang di maksud penulis akhir cerita drama itu. Ji Hyun tokoh utama memilih mati minggu depan dari pada hidup lama tapi lupa semuanya, bahkan perasaannya. Memang kelihatan bodoh dan egois, tapi buat apa masa depan tanpa sejarah? Sebelumnya gue mengacungkan satu jempol karena merasa akhirnya keren. Tapi setelah gue mengerti dengan cara gue sendiri, gue acungkan 2 jempol deh. Thanks for 49 Days’s author especially who wrote the ending. You just gave me a great understanding. God Bless You! J

Sabtu, 12 Januari 2013

Sahabat itu Ga Ada




Selasa, 8 Januari 2013

Binus macet (lagi). Gue bertiga di angkutan kota biru muda itu menanti mobil melaju. Lalu temen gue ngeliat seorang alumni sekolah yang nama belakangnya sama dengan nama pelawak kontroversial yang kini uda tajir banget di tambahin ‘B’ di depannya. Lalu temen gue ini dengan bodohnya nanya ke gue. ‘Dia itu B****nya Re- ya?’ kontan gue bingung. Cengo karena abis denger nama Re- dan pertanyaannya yang ga biasa. Yul mengiyakannya. Maksudnya anak itu angkatannya Re-. Kemudian pembicaraan sampai ke Re- dan tentu saja gue. Yul salah mengeja nama depan Re- dan gue koreksi. Yul bilang ‘kok lo bisa suka si sama dia?’ bukan berarti gue harus cerita ke dia saat itu juga kan. Gue senyam-senyum aja. Trus dia menyimpulkan sendiri ‘(nama gue) ini tipe orang yang suka sama cowo bandel tiba-tiba’. Lah gue kaget dia bilang cowo bandel. Dia jawab pertanyaan gue dengan bilang ‘iya kan, katanya pak (guru PKn) kan dia bandel’. Woah. Re-. Kakak bandel? Beneran kakak bandel? x3

Oh iya, gue rada males nulis di aplikasi di ponsel gue itu. Akhirnya gue balik ke sini lagi.

Kamis, 10 Januari 2013

Tadi ada pelajaran Bahasa Indonesia, dibagiin contoh tulisan penelitian dari angkatan 2 tahun di atas gue yang berarti tempat Re-. Memang, gue dapet bagian anak IPA. Sedihnya, dari 5 anggota penulisnya itu 3 orang dari OSIS. 2 cewe itu yang paling cantik dan lumayan deket sama Re- sih setau gue. Apalagi yang katanya turunan ningrat itu. 1 cowonya adalah temen deket Re-, sekali lagi setau gue. Soalnya dari apa yang kasat mata mereka itu nempel. Temen main lah. Entah deh di kelas gue ada yang dapet tulisan Re- apa nggak. Kalo ada yang dapet dan gue tau siapa dia, saat itu juga gue bakal ngaku ke tulisan ini kalau gue iri banget.
 
Oh iya, tadi di umumin ama gurunya, kalau nilai Bahasa Indonesia gue di rapor di tambahin 5 poin. Yah sekaligus menyatakan bahwa ranking 7 itu palsu. Mungkin aslinya gue cuma ranking 11. Gue masuk 10 besar berkat tembusnya cerpen gue ke majalah. Seketika, 2 temen cewe sekelas gue berkoar-koar pingin bikin cerpen trus di kirim ke majalah, dengan harapan bernasib kaya gue. Gue emang rada sombong kalau gue ngomong gini. Tapi karena tulisan ini ga ada yang baca, jadi gue sampaikan saja ya. Mereka itu tipe-tipe yang suka novel liat dari kualitas kertas, dan fanatismenya ke Negara Korea. Oke, gue juga fanatik. Tapi gue kapok setelah beli novel karangan lokal yang berlatar belakang negeri ginseng itu yang kualitasnya oke menurut gue keitung. Beberapa pengarang terkenal memang punya modal yang cukup untuk menyampaikan cerita, tapi gue mengutip satu pendapat orang sastra Indonesia yang lumayan terkemuka. Bahwa cerita seseorang itu kadang cuma pembelaan penulisnya. Saking mereka terobsesi untuk dicintai balik pihak Korea, mereka bikin novel yang tokoh utama cewenya orang Indonesia dan cowonya orang Korea. Gue sangaaatttt bosan. Balik lagi, gue juga jleb sih ke kata-kata dia. Gue bikin cerita dengan karakter yang gue selipin dengan salah satu ‘gue’ trus tokoh itu hidup bahagia. Kan itu namanya gue berharap bahkan di ceritapun gue bahagia. Kalau gue punya pendukung. Gue cuma ngehibur diri gue sendiri.

 Sabtu, 12 Januari 2013

Sebenernya gue punya cerita mengenai teman-teman gue. Dari gue sih konotasi negatif ya. Tapi kelakuan mereka itu klop banget sama gue. Sama-sama jadi duri. Akhirnya kami semua sakit.

Bukannya gue ga mau cerita, tapi saking rumitnya gue sampe bingung sendiri. Soal perasaan yang sempet berkecamuk? Kecewa, yang paling dominan.

Mereka nyadarin ke gue kalo sahabat itu ga ada. Mereka itu teman bermain. Teman sepermainan. Teman bicara, teman ngobrol. Dan memang ga ada orang yang rela waktunya di buang demi cerita luapan lo yang isinya di ramaikan oleh nilai diri. Ironis.

Minggu, 06 Januari 2013

Resolusi




Minggu, 6 Januari 2013

Meski a bit late, gue mau nge-post resolusi tahun ini.

1.       Rajin belajar, jadi Einstein IPS.
2.       Berteman sama semua orang dan pandai bergaul kaya Kim Heechul (kayanya sih dia pandai bergaul ya).
3.       Menguasai beberapa lagu klasik piano.
4.       Memiliki setidaknya sepersepuluh teknik menyanyi Charice atau Baek Ji Young.
5.       Bisa rap seperti G-Dragon, Junhyung, HaHa, Hyuna, CL, Saykoji, atau salah satu dari mereka.
6.       Bisa main gitar setidaknya seperlimapuluh Jung Sungha. Sekedar lancer genjreng pun tak apa.
7.       Bisa ngarang lagu seperti G-Dragon, Junhyung, Bang Yongkook, de el el dan menghasilkan lagu semacam butiran debu (lol).
8.       Memiliki kemampuan menulis dan otak kreatif macam Raditya Dika.
9.       Memiliki sweatshirt yang lucu dan imut seperti di film-film Korea.
10.   Punya senyum semenarik Daesung.
11.   Punya suara ketawa selucu Yoo Jaesuk.
12.   Punya wajah selucu Raditya Dika, HaHa, dan Lee Kwangsoo.
13.   Bisa berlogat lucu, kaya suara HaHa.
14.   Awet muda kaya Song Jihyo.
15.   Tulus, setia, dan kuat kaya Kim Jongkook.
16.   Selalu kalem dan punya suara khas lucu kaya Kang Gary.
17.   Bisa lucu dengan cara sendiri kaya Ji Sukjin.
18.   Punya otak penuh ide kaya tim kreatif Running Man.
19.   Punya wajah secantik Moon Geunyoung waktu muda.
20.   Punya wajah secantik dan gigi serapi Kim Taehee atau Kim Heesun atau Sunye saat seumur mereka.
21.   Punya dan bisa pakai SLR, jago motret dan edit sampe awesome trus di panggil ke Korea buat foto-foto artis favorit gue.
22.   Punya badan serupa Choi Sooyoung (terutama kakinya) (tangannya juga sih).
23.   Punya wajah dan badan semulus iklan kosmetik.
24.   Rambut sesehat iklan shampoo.
25.   Kemampuan seni peran meningkat, setara dengan Lee Yowon di bagi 80.
26.   Seluwes Minzy, semantap Yoseob waktu bboy.
27.   Berhasil diet kaya Park Bom.
28.   Bisa nonton drama Korea tanpa subtitle.
29.   Berkarakter seperti seseorang yang harusnya jadi satu-satunya pedoman hidup gue, Dia.
30.   Melakukan interaksi aktif maupun pasif lagi terhadap Re- di masa depan, lama maupun sebentar.
31.   Mewujudkan semua resolusi tanpa operasi, sihir, ilmu hitam dan semacamnya.

Yah rada gila emang. Gue mau ngelawak. Tepatnya bukan cuma resolusi untuk tahun ini, ini resolusi yang mau gue lakukan sepanjang umur gue. Perubahan terjadi sewaktu-waktu, jelas. Dari gue nulis bagian akhir ini aja uda banyak yang nyembul di otak gue. Gue mau jadi penulis skenario, pengatur angle kamera, reporter, fotografer, editor, redaktur, penulis buku, make-up artis dan lain-lain. Ini jelas si pengaruh banyak dari media yang banyak di sekitar gue dan role modelnya adalah artis-artis yang flawless.

Karena terlalu banyak, mungkin gue akan fokus untuk melakukan yang no.1. Rata-rata rapot gue 79 koma ampir 80. Dan gue denger satu anak cewe di kelas gue rata-rata rapotnya 82. Gue berang dalam arti positif, gue ga mau kalah lagi. Gue yakin gue bisa. Kalo kalian ga percaya gak papa. Gue cuma butuh diri gue sendiri buat percaya kalo gue bisa. Itu percaya diri, kan?

Sabtu, 05 Januari 2013

Karma




Senin, 31 Desember 2012

Gue sampe lupa tepatnya, tapi beberapa hari yang lalu gue mimpiin Re-. Gue jalan bareng Oni, di tempat yang gue sebut sekolah dalam mimpi itu. Meski itu bukan latar sekolah gue yang sebenernya. Tapi gue naik tangga, dan gue ngeliat Re-. Gue bahkan lupa apa gue ada interaksi sama Re-, tapi yang gue inget ketika gue ngeliat dia, dia juga ngeliatin gue balik. Terlalu frontal malah. Ya gitu deh. Gue mau nulis tapi lupa-lupa mulu.

Gue kan lagi abis paket internet di hp ya. Gue sms si Lee buat ngabarin. Dengan becanda gue bilang ‘don’t miss me bad xD’ kalian tau dia bales apa? ‘I’ll miss you a lot’. Lee, mungkin akan memberikan gelar di belakang nama gue ke depannya. PHP.

Siapa suruh berharap? Gue ga pernah merasa memberi harapan ke dia. Buktiin ke gue. Gue ga pernah sekalipun mencoba bersikap mesra dan menunjukkan tanda-tanda ke dia. Mesra-mesranya juga Cuma bercanda. Misalnya ‘kangen ya ama gue :p’ bagi gue si itu ga ada mesra-mesranya. Jijik ia. Awas aja kalo dia labelin gue dengan status php itu.

Gue cuma mau punya temen. Itu aja.

Soal asmara, gue ga berminat sama siapapun kecuali Re-.

Beneran deh. Hehehehe.

Sabtu, 5 Januari 2013

Happy new year! Gak papa yah telat 5 hari.

Gue bête sama Lee. Gue uda ceritain dikit kan di atas? Gue pengen berhenti pesan-memesan beberapa hari karena..gue emang lagi bête. Bukan masalah pesan-memesannya, gue bête sama dia. Yah kali ini gue pake atas nama cewek. Gue butuh beberapa saat untuk kembali. Mungkin setelah ketemu lagi? Kayanya gad eh. Kepikir kalo lusa gue ketemu dia aja udah gatau mo kaya apa.

Dia ceritain ke gue betapa dia il-feel sama cewe yang dia php-in. Katanya chat  sama dia bosen lah, nyebelin lah, de el el. Sebenernya gue pengen bilang kalau gue punya perasaan yang sama kaya dia, terhadap dia. Ngerti ga? Gue il-feel sama dia, gue bosen, gue sebel, de el el. Tapi dalam hati kecil gue, gue takut. Gue takut sama karma. Yah, walaupun dengan gue sebel dalem hati bukan berarti gue ga kena karma. Mungkin gue bakal dapet perasaan yang sama dari orang yang gue harap tinggi-tinggi. Gue takut. Karena memang bener, kalo yang dia lakukan ke cewe itu dan semua orang mungkin karmanya dia. Tapi yang gue lakukan kan karma gue. Bukannya gue terang-terangan ngaku gue menganut prinsip Buddha. Gue ga mau ada SARA di sini. Karena gue lebih condong ke seninya itu. SARA itu emang ga salah. Sara juga berseni. Tapi sayangnya banyak orang yang menyalah-gunakan SARA sebagai alat untuk mengotak-ngotakkan sikapnya. Di sayangkan banget. Balik lagi, karena karma itu hanya istilah. Intinya, apa yang di tabir pasti di tuai. Ini sih kata-kata Kristiani ya. Gitu deh. Jangan nyubit kalau gamau di cubit.

Gue harus gimana?