Minggu, 30 Juni 2013

Daebak!



Minggu, 30 Juni 2013

Ini baru daebak. Gue mimpi Re- kenal gue!

Awalnya gue ada di kolam berenang sama siapa aja gue lupa atau gatau, entah. Lalu masuk ke sebuah ruangan, gue ketemu satu cowo yang pernah gue suka semasa SD. Dia kaya berniat jahat dan terlihat sedikit gelisah. Gue malah ikutan panik dan nasihatin dia coba wkwkwk. Tapi bukannya bertobat denger ceramah gue, dia malah bilang ‘nanti gue ceritain’. Di bagian itulah gue inget banget wajahnya. Wajah dan suara yang pernah bikin gue kegandrungan. Tapi sekarang setelah waktu berlalu dan gue bertemu Re-, gue sadar dia ga ada apa-apanya. Seandainya mereka berdua di samping gue dan beradu suara yang lebih berat, tegas, dan keren, Re- menang telak di atas dia.

Lalu lompat ke adegan lain. Ini sudah mengenai Re-. Gue duduk di depan cermin yang seluas dinding, seperti ruangan untuk latihan dance gitu. Gue melihat orang yang lalu lalang dan tiba-tiba terpikir mengenai Re-. Di sana gue jujur mengakui kalau gue ingin melihatnya lagi, meskipun gue sadar di keadaan alam mimpi waktu itu agak mustahil. Tapi guys, dia muncul. Re- muncul.

Gue gak berkedip memandang dia. Gambaran Re- bener-bener Re- yang gue tahu. Kulit agak gelap dan memakai topi. Tingginya, postur tubuhnya, punggungnya..

Tiba-tiba Re- udah di depan gue, dan mencoba untuk berkomunikasi dengan gue lewat bahasa setengah isyarat. Gue juga setengah mengerti, kalau Re- mergokin gue tak henti menatap dia. Dan di atas segalanya, dia tau gue udah meratiin dia selama ini. Dia tau gue suka sama dia. Tapi meski gue mengerti sedikit banyak, gue nge-blank di hadapannya. Masih di ambang ketidak percayaan.

Dan dia mau berteman dengan gue.

Gue canggung abis karena di dekat gue ada teman-teman gue meski mereka belum menyadarinya. Gue mau ngobrol sama Re- tapi karena ada teman-teman gue, gue baru mau ngobrol setelah mereka ga ada di sekitar gue.

Lalu kami seperti mau shooting iklan. Gue, Re-, dan seorang teman gue duduk di atas kasur. Di iringi lagu Padi – Kasih Tak Sampai, kami berakting jadi sebuah keluarga. Dan gue mengambil peran sebagai anak Re- dan teman gue.

Re- berkata sama gue, kalau gue mungkin cuma suka kulitnya aja. Gue agak ragu karena setau gue gue uda gila maksimal sama dia. Tapi gue mengiyakan juga.

Gue bertanya gimana kuliahnya. Tapi gue lupa dia jawab apa wkwk. Kayanya ini pengaruh beberapa jam sebelumnya gue membicarakan universitas bareng orang tua gue, dan gue menyebut kalau UGM Jogjakarta adalah universitas terbaik di Indonesia. Dan nyokap gue tampaknya memperbolehkan gue ke sana, kalau gue bisa tembus tentu saja.

Kami mengobrol banyak hal, tapi ga banyak yang berhasil gue ingat. Banyak hal manis yang terjadi, tapi gue cuma ingat sepotong dan jadinya ga manis. Tapi gue tau gue merasa meleleh. Gue dan dia sama-sama berusaha untuk bisa mengobrol banyak. Dan Re- sekali waktu menunjukkan dia perhatian ke gue. Entah perhatian atau prihatin. Intinya dia simpati sama gue. Entah dia merasa bersalah udah buat orang kedereng-dereng padahal dia bahkan bukan artis dan memberikan fan service perdananya spesial buat gue.

Nanti setelah gue inget lengkap, gue akan cerita soal ini lagi.

Dari semua mimpi tentang Re- yang pernah gue ingat, ini yang terbaik. Karena di sini Re- mau berteman dengan gue. Itu udah lebih dari cukup. Meski gue yakin setelah itu gue ingin lebih.

Selasa kemarin gue jalan bareng temen sepermainan dulu dan sekarang. Waktu dia buka-buka galeri foto, sampailah di foto Re- dan teman sekelasnya di buku tahunan yang dikirimkan temen gue. Temen gue nanya, siapa ini? Gue akhirnya cuma jawab kakak kelas. Hahaha. Masa perlu gue ceritain. Ituloh yang cowo, gue suka sama dia. Wkwkwk. Gue cuma mau bilang kalau hal ini mungkin mempengaruhi mimpi gue.

Hebatnya, di beberapa menit pertama saat gue bangun, gue hanya ingat kalau gue mimpiin mengenai temen SD gue yang pernah gue sukain itu. Gue ga sadar gue mimpiin Re-. Gue malah merasa kalau itu semua ..nyata. Gue sedih banget saat ngetik ini.

Dan lagu ini tepat banget saat gue nulis sedih banget itu. “I’m officially missing you” dalam dentingan senar gitar Jung Sungha. Ah..

Minggu, 23 Juni 2013

Rekayasa




Sabtu, 22 Juni 2013

Gue habis nyelesaiin Runningman yang ditamukan Shin Sekyung dan Cha Taehyun. Yang kedua. Gue ga habis pikir, Shin menang (lagi). Kali ini individual race padahal. Against all? Song, Kim, Yoo, Kang, Ha, Ji, Lee? Muncullah pikiran negatif dalam otak gue, bahwa semuanya itu sudah tercatat dalam pasal di kontraknya. Whatever it takes to make Shin shines. Karena ini terlalu tidak terduga, walaupun gue mengakui kalau salah satu keistimewaan Runningman adalah alurnya yang tidak tertebak dan gue suka itu.

Mengapa bagi gue tidak masuk akal, karena tubuhnya yang ringkih itu. Kecil dan tipis. Kemudian berbagai alternatif ide muncul di otak gue. Kenapa RunningMan harus menetapkan pertaruhan padahal itu ga seberapa. Shin sendiri yang menang tidak mendapat apa-apa karena taruhannya kalah. Permainan kali ini bukan dirancang untuk member dan Cha sekalipun, hanya untuk Shin. Pertaruhan dibuat untuk ‘menyamarkan’ ketidakmasuk-akalan dari kemenangan Shin. Apa semua yang gue katakan masuk akal?

Mengenai prepared yang sudah dilakukan tim Runningman. Yeah, gue yakin dalam setiap episodenya pasti ada rekayasa. Bedanya berapa banyak direkayasa. Tim Runningman berusaha keras untuk membuat acaranya layak ditonton sebagai program variety show dan sesuai dengan mottonya, brings the laugh, dan membuat orang merasa acara Runningman cukup worth it untuk sekitar 1 jam yang diluangkan. Meskipun gue pernah merasa kecewa dan ‘dibohongi’. Tak dipungkiri, dalam hati gue berpikir juga. ‘Apa ini rekayasa? Apa ini kebetulan? Ah, ini rekayasa.’ Tapi balik lagi, meskipun beberapa bagiannya rekayasa, gue tetep menonton, karena mereka menghibur. Karena itulah tujuan program Running Man.

Karena itulah, kalau guestnya ga gitu gue suka atau menarik, gue cenderung malas. Gue akan memilih episode yang ga ada tamunya. Kalau ga ada yaa, cari yang ga suka jaim. Episode bareng SNSD agak kurang menjanjikan, jadi gue lewatkan. Gue takutnya mirip dengan kejadian Shin.

Sebelumnya gue nonton episode yang bareng So Yi Hyun (lawan mainnya Moon di Cheondamdong Alice) dan gue tidak merasa kecewa karena dia tidak di istimewakan. Dia memang suka terdengar agak trying to be cute. Tapi karena member Runningman tidak begitu mengelu-elukan, So Yi Hyun jadi tampak wajar. And it’s okay.

Di mission pertama hari kedua itu, Shin bekerja sama dengan Cha. Tapi gue memerhatikan bahwa Cha lebih banyak berusaha. I mean, Shin banyak bekerja melakukan mission, tapi ia terlalu terpaku pada missionnya dan menimbulkan kecurigaan. Dan Cha yang ‘membanting tulang’ untuk menutupi kesalahan yang Shin cecerkan. Shin terlalu kaku untuk mission-missionnya, meskipun ia (katanya) pandai berakting. Ya, Shin Sekyung dan Lee Yeonhee adalah dua aktris cantik yang agak gue ragukan kemampuan aktingnya. Cha sangat luwes dan bahkan melontarkan lawakan yang sama sekali tidak mencurigakan. He’s pro  yang ‘membanting tulang’ untuk menutupi kesalahan yang Shin cecerkan. Shin terlalu kaku untuk mission-missionnya, meskipun ia (katanya) pandai berakting. Ya, Shin Sekyung dan Lee Yeonhee adalah dua aktris cantik yang agak gue ragukan kemampuan aktingnya. Cha sangat luwes dan bahkan melontarkan lawakan yang sama sekali tidak mencurigakan. He’s pro  yang ‘membanting tulang’ untuk menutupi kesalahan yang Shin cecerkan. Shin terlalu kaku untuk mission-missionnya, meskipun ia (katanya) pandai berakting. Ya, Shin Sekyung dan Lee Yeonhee adalah dua aktris cantik yang agak gue ragukan kemampuan aktingnya. Cha sangat luwes dan bahkan melontarkan lawakan yang sama sekali tidak mencurigakan. He’s pro.

Minggu, 23 Juni 2013

Denger-denger, Microsoft, perusahaan software terbesar di dunia, lagi ngadain sayembara nih. Buat siapapun yang bisa menemukan bug atau semacam celah di software terbarunya akan diberi hadiah. Yaitu Windows 8. Hadiahnya ga tanggung-tanggung, sejumlah  juta dollar atau 2 milyar lebih akan diserahkan kepada si jago itu. Dan gelar sarjana. Wew, gue mungkin ngiler denger uangnya, tapi iler gue sampai ke lantai waktu baca gelar sarjana. Itu sangat berarti buat orang-orang yang agak malas untuk bekerja keras dan lama. Hehehe.

Yah, kita tunggu aja siapa yang bisa menemukan kecacatan windows 8 itu. Om Hades, if you really exist, showed up yourself to world. At least to me, it would be nice if I can learn many things from you. Tuhkan, jadi inget Om Jisub lagi deh wkwkwk.

Kamis, 20 Juni 2013

Cha ♥ part 2 + Nothing Last Forever, even for Friendship




Rabu, 19 Juni 2013

Dari intuisi gue, gue dapat merasakan kalo temen-temen sepermainan gue sedang.. menjaga jarak dari gue. Yup. Nothing last forever, no such thing is forever.

Gue lagi nonton runningman episode 57. Memang ini jadul, tapi masih nyambung dengan tulisan gue sebelumnya, di sini ada Cha Tae Hyun sebagai guest. Dan Sin Sekyung. Gue senang dengan kehadiran Cha, yang dari dasarnya uda lucu. Mukanya hahaha. Dan dia memang punya sense of humor since he is a senior actior. Gue mau menyimpan komentar tentang Cha di akhir nanti. Gue sedang annoyed dengan iklan mbak Anggun dan mbak yang saya ga tahu namanya itu.

Sin Sekyung. Pertama dan terakhir gue nonton filmnya adalah Fashion King. Sayangnya gue uda beli satu filmnya yang lain, When a Man Loves. Jujur, yang bikin gue mau nonton itu film cuma co-star pria keduanya, yang gue lupa namanya. Dia yang main jadi co-star pria kedua juga di film period Arang and the Magistate.

Balik ke Running Man. Awalnya gue senang-senang aja sama bawaannya yang ceria, semangat, sopan, dan lucu. Tapi semakin kebelakang, gue menangkap rasa kompetisi yang berlebihan dari dirinya. Di mission kedua, waktu Jongkook mencuri waktu untuk bertanya dengan ahjumma mengenai missionnya, Sekyung bilang ‘it’s not cool’. Yup, itu reaksi yang akan gue lakukan juga ketika umur gue 14 tahun. Hal ini membuat kesopanannya jadi semakin mengetarai. Sekyung dengan berlebihan mengucapkan annyeonghaseyo dan kamsahamnida kepada orang-orang yang membantu missionnya. Awalnya hal ini baik-baik aja, sampai kejadian Kim Jongkook itu. Lalu mission selanjutnya, Tim Ji Sukjin, Kang Gaeri, dan Ha Ha naik motor boat dan dia perahu karet. Tim kuning dengan semena-mena menggona mereka dengan ombat yang dibuat dari motor perahunya. Nalar gue mengatakan mereka yang terciprat dan terganggu oleh tim kuning seharusnya marah sambil tertawa. Maksudnya memaki tapi masih dalam level ‘melawak’. Tapi tidak dengan Sin Sekyung. Dia berteriak dan memaki dengan serius. Memang makiannya ga kasar, tapi justru di situlah kenyataan bahwa dia benar marah. Di mission itu, timnya adalah yang terakhir. Dan ia jelas banget terlihat kecewa. Yes, dia terlalu kompetitif. Tidak dipungkiri kalo ga kompetitif, acara ini ga seru. Tapi sebagai penonton, kalian semua tahulah ya, respon yang menarik itu gimana. Bukan menarik, respon yang seharusnya ketika dalam variety show. Mereka di show dan ini semua hanya untuk tawa penonton.

At the end, seperti yang sudah gue duga dari awal meski di tengahnya sempet ragu. Sin Sekyung menang.

             Kalau artis Shin Sekyung baca tulisan gue. Please, hentikan teriakan histerisnya. Di sini, telinga gue sangat tidak nyaman. Ukh, kenapa sih Om Cha harus dipasangkan sama dia -_-

Cha ♥




Selasa, 18 Juni 2013

Yep, I’m totally fallen for ahjussi. Gue barusan semalem nonton movie Speedy Scandal/ Scandal Makers. Sebelumnya, gue memang sudah tertarik sama ahjussi yang satu ini, sejak nonton Hello Ghost yang kemudian dilanjutkan drama Jeon Woochi. Hello Ghost, mungkin banyak dibantu oleh plotnya yang menarik. Kocak, dan menyentuh. Inilah film yang memang paling mengaduk emosi. Meskipun genre drama biasanya bikin nangis, sebuah film yang diawali komedi menggelitik akan lebih memicu derai tangis bahkan jika itu tidak terlalu menyedihkan. Yah, terutama jadi menyedihkan karena awalnya senang. Seperti melompat dari ketinggian. Meski genre drama kesedihannya mencapai tingkat 2 meter dibawah permukaan laut, pijakan awalnya berada di 5 meter di atas permukaan laut. Sementara, genre yang komedi-komedi-sedih itu melempar kita ke 20 meter di atas permukaan laut, dan akhirnya jatuh di tanah 5 meter di atas permukaan laut. Balik, karena film yang menyentuh itu, otomatis karakternya jadi menyentuh juga, ya, Cha Tae Hyun. Jeon Woochi, drama yang berlatar sejarah Korea dan durasinya cukup panjang. Gue lupa, 20-an episode. Di film ini, Cha menjadi penyihir Tao. Sihirnya, konyol-konyol dan gayanya, latarnya, dan lain-lain itu, intinya semuanya lumayan bikin gue ketawa. Yang paling spesial di drama Jeon Woochi adalah, gejala batuk mereka. Wkwkw. Setiap Cha ahjussi batuk untuk menutup-nutupi, pura-pura sakit, dll itu lebai banget. Asli dilebih-lebihkan. Dan itu kocak wkwkwk. Daaan ujung-ujungnya gue tertarik sama ahjussi ini. Gue juga agak heran, kalo kalian lihat ya, mukanya ini tergolong lucu. Konyol dan mengundang tawa. Tapi readers, dia udah menikah loh. Dan punya anak. Hah.

Lanjut, mengenai film Scandal Makers. Gue sedih karena tidak bisa menonton part 1/11 nya T,T Sometimes I hate youtube. Pelit banget. But I still thankyou because youtube doesn’t delete the entires. Gue nonton part 2-11 nya. Filmnya menceritakan si Nam yang diperankan Cha, seorang pembawa acara radio yang baru aja menjadi bintang iklan suatu produk. Ceritanya dia punya pacar yang cantik dan karir yang lumayan. Dia juga cukup terkenal dikalangan gadis-gadis. Ada sebuah acara di radionya dimana pendengar mengirimkan pesan yang berisi masalahnya. Seorang pengirim surat, Hwang Jungnam (Park Boyoung) bercerita bahwa ia adalah anak dari seorang ibu tunggal yang hamil waktu masih muda, yang ternyata menurun ke dirinya. Ia memiliki anak umur 5 tahun. Hwang Jungnam juga bercerita bahwa ia bermimpi untuk bisa menjadi penyanyi. Sampai suatu hari Hwang Jungnam datang bawa anak kecil dan mengaku sebagai anaknya. Nam kaget hingga Hwang menyebut nama ibunya. Nam merasa ga asing dengan nama itu. Yup, Nam ingat. Ibunya Hwang adalah kakak kelas sekaligus cinta pertamanya. Gokil abis, Nam pertama kali melakukan itu (ituloh) kelas 9 dan dor! Tepat sasaran langsung hamil. Di itu juga, Nam putus dengan pacarnya. Kalau kalian nonton, perhatikan saat Nam meletakkan sepatu dua bocah itu tapi kemudian jatoh lagi. Ga lama Nam balik sambil tereak dan tereaknya itu kocak sampai gue ulang beberapa kali wkwkwk. Dan tanpa takut-takut, meski Nam lagi beradegan hot sama pacarnya, dua anak itu bergantian keluar masuk kamar untuk ke toilet. Nam marah, bagaimana mungkin? Nam mendesak mereka untuk segera pergi, tapi akhirnya mengalah juga. Hwang dan Hwang kecil (anaknya Hwang) bermalam di rumah Nam.

Film ini banyak membuat gue terpingkal. Beberapa diantaranya adalah saat Nam rebut merapikan jejak dua Hwang yang baru saja sampai rumahnya, Hwang kecil berjalan dalam tidurnya, Nam yang suka sama guru TK, Hwang kecil yang ternyata jago main piano, saat ketiganya belanja baju, saat Nam curang main kartu sama Hwang kecil, adegan Nam dan anak gadisnya tidur seranjang, dan lain-lain. Hebat, sampai di akhirnya, film ini mampu menggelitik. Guru TK yang ditaksir Nam tahu kalau Nam mengorek informasi dari Hwang kecil. Dan guru TK ini bilang, seandainya kita pacaran, apa aku akan dipanggil nenek oleh Hwang kecil? Jleb, gue sadar dan ketawa. It’s a mind blowing fact.

Touching scene. Gue suka banget adengan menyentuh film ini. Di saat Hwang dan Nam berargumen, mereka banyak mengungkapkan mengenai kebenaran. Hwang datang bukan untuk mengancam masa depan ayahnya. Ia hanya ingin memiliki ayah seperti anak-anak lain. Yes, this is classic. Dia marah karena ayahnya marah dengan keberadaannya. Hwang bahkan ga pernah meminta untuk dilahirkan. Tapi ia lahir, dan ia komponen tubuhnya bahkan sampai karakternya adalah milik Nam, ayahnya. Tapi mengapa Nam menolaknya? Hwang tidak terima. Lalu, Nam dengan kejam akhirnya berkata dengan suaranya yang merendah. “I never wanted you.” Jleb. Mana ada anak yang ga hancur jika ayahnya bicara seperti itu dengan mata dua-duanya menatap. Gila. Dan, itulah yang dilakukan Hwang. Tangisannya menyayat. Besoknya Hwang langsung cao.

Nyatanya, Nam merindukan kehadiran dua Hwang dalam rumahnya. Kini rumahnya sepi, ia makan dan tidur sendiri. Nam ingin berbaikan dengan anak gadisnya, dan ia meminta maaf secara tidak langsung lewat, radio. Spesialisasinya. Nam membuat surat mengatasnamakan Hwang. Lalu ia berkomentar sendiri, bahwa mungkin ayah Hwang sedang dalam emosi, and he don’t mean it. Mungkin ayahnya merasa bersalah sekarang, dan Nam menyarankan Hwang untuk meneleponnya sekarang. Pada akhirnya, Hwang benar-benar menelepon. Tepatnya pembicaraan mereka gue lupa, tapi Hwang menguji Nam. Oh ya, Nam kemarin itu marah karena ada isu berhembus bahwa Nam punya hubungan romantis dengan Hwang. Nam marah karena hal itu mengancam karirnya. Jelas, di posisi Nam gue mengerti bahwa hal itu ga mudah untuk diakui, menjadi kakek di awal 30-annya.

Later, mereka udah setengah berbaikan saat Hwang mau datang di final lomba menyanyi yang diadakan radio tempat Nam berkoar. Blablabla di tinggal ibunya make up, Hwang kecil tiba-tiba hilang. Hwang panik setengah mati dan berlarian mencari Hwang kecil. Dia berlari sambil menangis, ke lorong sampai ke lobi yang banyak orang. Ia menjadi tontonan, maskaranya luntur dan kakinya telanjang. Kaget, Hwang sampai di studio tempat Nam lagi MC. Yes, Hwang naik ke panggung dan memohon-mohon, bahkan meneriakkan “appa!”. Sadly, Nam melanjutkan MC nya yang tadi terpotong. Kelihatan dia lagi galau, ikut mencari Hwang kecil atau melanjutkan pekerjaannya. Jelas karirnya dipertaruhkan. Tapi akhirnya ia ikut usaha mencari Hwang kecil, dengan mengumumkan pada audience “If you ever see a 5 yo child, he’s master piano, pro-player card, often walking in his sleep,..” Bahkan meskipun Nam ga ekstrim, ini menyentuh. And then, Nam melihat anak gadisnya yang secara kasar di amankan oleh sekuriti. And, Nam screamed. “Ya! Take your hands off her!” He started to down the stage dan buat perhitungan dengan abang-abang sekuriti. Damn, he protected his daughter. Touching, deeper.

Mereka berakhir di kantor polisi, bersama dengan guru TK. Bahkan mantan Hwang datang, dan sok-sok mau bertanggung jawab sama Hwang kecil. Pacarnya itu sama sekali ga kepikiran, mereka berhubungan enam tahun lalu, dan Hwang kecil berumur 5 tahun. Dia masih berpikir Nam adalah ayah anak itu, psikopat yang menyukai gadis muda dan mengguna-guna mantannya yang cantik. Nam sadar duluan kalau laki-laki ini ayah Hwang kecil, dan kalian tahu Nam ngapain? Dia ribut si bocah itu. Kalau mau contohnya, coba aja kalian yang gadis-gadis hamil di luar nikah, dan bawa laki-laki sialan itu ke hadapan ayahmu. Itulah yang dilakukan Nam. Bahkan dia melakukan hal itu di kantor polisi. Bagi gue, itu wajar banget. Dan poin inilah yang membuat Nam jadi memesona. Ia akhirnya melakukan apa yang seorang ayah harus lakukan. Menghajar laki-laki yang menghamili anak gadisnya.

Daaan di sanalah film ini berakhir. Ibu Hwang dan Hwang adalah gadis kuat yang mengorbankan hidupnya demi cinta. Ibu Hwang, hamil tanpa meminta pertanggung jawaban Nam dan hidup menjadi ibu tunggal. Sama dengan yang Hwang lakukan. Dua Hwang ini tidak ingin menghancurkan masa depan lelaki yang mereka cintai. Tak lupa mereka sekalian men-cheer up para gadis-gadis yang menjadi ibu karena ‘kecelakaan’.

Somehow, terselip nilai negatif yang bisa berakibat negatif juga. Hwang nampak baik-baik saja menjadi ibu tunggal, yang bisa membantu pembentukan paradigma ‘its okay to be a single mother’ dan dalam kondisi Hwang menjadi garis lurus ‘it’s okay to have sex before wedding’. Itu buruk kan? Buat Indonesia sendiri.

But overall, the love between this appa and daughter very touched. Lame or fresh, appa and daughter loves always special. Family, is the most of all. Blood related or no, wanted or no.

Sekian review dari gue mengenai film Scandal Makers. Kebetulan gue juga baru ngabisin film Sophie’s Revenge yang di co-staring oleh So Jisub ahjussi. Film ini sekaligus film terakhir dari Om Jisub yang bisa gue peroleh dari cyber world. Woah, I would miss him so much. I picked out one of their quote, “if you do, you don’t need me. You need a phsicyatrist.” Kata lawan main Sophie yang akhirnya jadi pasangan Sophie. So Jisub ga berperan banyak. Tapi mereka buat Jisub ahjussi istimewa, adegan komedi. Adegan yang jarang dilakoni si om. Meskipun pada akhir-akhirnya, senjatanya dikeluarkan juga. Tatapan berpikir oleh om Jisub yang mendalam. Matanya menyipit, ah.. #melting

Gue sedikit mau protes. Gue sangat terganggu dengan adv terutama di dialymotion. -__- whatever with pantene or SK II. They annoyed. It’s fine kalo cuma waktu opening, tapi kalo setiap beberapa menit itu.. diperhebat oleh laptop mini yang agak lelet ini, bisa-bisa gue emosi. It doesn’t make sense.

Akronologis



Rabu, 5 Juni 2013

Gue abis remedial sejarah, dan gagal lagi. Gembel. Jum’at gue harus masuk ngumpulin tugas sebelum jam 7, lalu kembaliin buku, dan ga masuk lagi sampai waktu pengambilan rapor. Hah!

Gue abis buka inbox yang sudah bergabung sama chat di facebook. Gilaa, betapa alaynya gue. SKSD, ga jelas, bahkan gue lama baca tulisan gue sendiri. Bahkan di satu pembicaraan, gue nyolot sendiri. Heran. Memang, ni orang yang salah dulu, tapi gue nyolot ampe dua kali. Hahaha malu. Seandainya gue bisa muter balik waktu, gue akan jalani hidup gue tanpa menyentuh tata penulisan dan hidup seorang alay. Tapi ga tau juga, sih. Karena kata seseorang alay adalah proses pendewasaan. Masalahnya, bukan cuma font gue yang alay, tapi cara gue bergaul dan lain-lain. Seperti yang tadi gue bilang, gue nyolotnya itu. Gue bahkan kesel baca jawaban itu, yang notabene dari gue sendiri. Gue yang membaca sebagai orang ketiga, tidak berpihak pada diri gue di masa lalu itu. Wew.

Dan kembali, gue merasa diri gue begitu buruk jatuh terpuruk. Gue merasa kesal untuk menerima diri gue sendiri.

Dan, katanya guru gue, nilai ulangan umum sejarah terbaik ada di kelas sebelah. Jleb. Gue kecewa. Yah, gue emang ga pernah bermimpi untuk mendapat nilai terbaik dari antara dua kelas itu. Tapi, merasa bahwa gue sudah melakukan yang terbaik, jadinya sesek kalo ternyata gue ga keluar sebagai yang terbaik. Gue berharap tinggi. Karena usaha yang gue kerahkan waktu ulangan udah yang paling gila. Gue bangun jam 5 pagi untuk belajar lagi. Dan semangat gue habis di sana.

Gue jadi mikir juga. UKK kemarin ini tingkat kesulitannya rata-rata ga gitu tinggi. Saat gue keluar dengan wajah cerah, yang lain juga cerah. Saat gue meredup, yang lain juga redup. Trus, apa bedanya gue sama mereka? Mana gue udah bilang kalo gue masuk sepuluh besar makan-makan, ga taunya gue ranking 10< kan malu.

Tapi seperti kata Minzy 2NE1, bukan menjadi yang terbaik. Tapi lakukan yang terbaik.


Gue udah melakukannya, dan ga seharusnya gue berharap untuk dapat jadi yang terbaik. Gue akan menerima apapun hasilnya, meski ga gue elak pasti terbersit kekecewaan kalau gue ga masuk minimal sepuluh besar. Salah gue juga terlambat bertobat. Gue baru tobat rajin belajar kan baru sebulan ini. Jadi kalau memang hasil akhirnya gue ga masuk 10 terbaik, gue harus menerima konsekuensinya, meskipun pada akhirnya gue ga berhasil mendapatkan beasiswa yang gue impi-impikan. Apalagi terbang ke Korea dan masuk perusahaan tempat idola yang akhir-akhir ini gue khayalin, So Jisub bernaung dan membangun kejayaannya.

Tapi gue harus bisa. Gue harus berusaha. Meskipun tidak dapet beasiswa ke Korea, meskipun gue ga pernah menginjakkan kaki gue ke negeri ginseng itu sampai akhir hidup gue dan khayalan tinggal khayalan. Karena semboyan YOLO gue harus lakukan yang terbaik. Itulah makna sebenarnya di YOLO. No time for oversleep. Struggle!