Selasa, 18 Juni 2013
Yep, I’m totally fallen for
ahjussi. Gue barusan semalem nonton movie Speedy Scandal/ Scandal Makers.
Sebelumnya, gue memang sudah tertarik sama ahjussi yang satu ini, sejak nonton
Hello Ghost yang kemudian dilanjutkan drama Jeon Woochi. Hello Ghost, mungkin
banyak dibantu oleh plotnya yang menarik. Kocak, dan menyentuh. Inilah film
yang memang paling mengaduk emosi. Meskipun genre drama biasanya bikin nangis,
sebuah film yang diawali komedi menggelitik akan lebih memicu derai tangis
bahkan jika itu tidak terlalu menyedihkan. Yah, terutama jadi menyedihkan
karena awalnya senang. Seperti melompat dari ketinggian. Meski genre drama
kesedihannya mencapai tingkat 2 meter dibawah permukaan laut, pijakan awalnya
berada di 5 meter di atas permukaan laut. Sementara, genre yang
komedi-komedi-sedih itu melempar kita ke 20 meter di atas permukaan laut, dan
akhirnya jatuh di tanah 5 meter di atas permukaan laut. Balik, karena film yang
menyentuh itu, otomatis karakternya jadi menyentuh juga, ya, Cha Tae Hyun. Jeon
Woochi, drama yang berlatar sejarah Korea dan durasinya cukup panjang. Gue
lupa, 20-an episode. Di film ini, Cha menjadi penyihir Tao. Sihirnya,
konyol-konyol dan gayanya, latarnya, dan lain-lain itu, intinya semuanya
lumayan bikin gue ketawa. Yang paling spesial di drama Jeon Woochi adalah,
gejala batuk mereka. Wkwkw. Setiap Cha ahjussi batuk untuk menutup-nutupi,
pura-pura sakit, dll itu lebai banget. Asli dilebih-lebihkan. Dan itu kocak
wkwkwk. Daaan ujung-ujungnya gue tertarik sama ahjussi ini. Gue juga agak heran,
kalo kalian lihat ya, mukanya ini tergolong lucu. Konyol dan mengundang tawa.
Tapi readers, dia udah menikah loh. Dan punya anak. Hah.
Lanjut, mengenai film Scandal
Makers. Gue sedih karena tidak bisa menonton part 1/11 nya T,T Sometimes I hate
youtube. Pelit banget. But I still thankyou because youtube doesn’t delete the
entires. Gue nonton part 2-11 nya. Filmnya menceritakan si Nam yang diperankan
Cha, seorang pembawa acara radio yang baru aja menjadi bintang iklan suatu
produk. Ceritanya dia punya pacar yang cantik dan karir yang lumayan. Dia juga
cukup terkenal dikalangan gadis-gadis. Ada sebuah acara di radionya dimana
pendengar mengirimkan pesan yang berisi masalahnya. Seorang pengirim surat,
Hwang Jungnam (Park Boyoung) bercerita bahwa ia adalah anak dari seorang ibu
tunggal yang hamil waktu masih muda, yang ternyata menurun ke dirinya. Ia
memiliki anak umur 5 tahun. Hwang Jungnam juga bercerita bahwa ia bermimpi
untuk bisa menjadi penyanyi. Sampai suatu hari Hwang Jungnam datang bawa anak
kecil dan mengaku sebagai anaknya. Nam kaget hingga Hwang menyebut nama ibunya.
Nam merasa ga asing dengan nama itu. Yup, Nam ingat. Ibunya Hwang adalah kakak
kelas sekaligus cinta pertamanya. Gokil abis, Nam pertama kali melakukan itu
(ituloh) kelas 9 dan dor! Tepat sasaran langsung hamil. Di itu juga, Nam putus
dengan pacarnya. Kalau kalian nonton, perhatikan saat Nam meletakkan sepatu dua
bocah itu tapi kemudian jatoh lagi. Ga lama Nam balik sambil tereak dan
tereaknya itu kocak sampai gue ulang beberapa kali wkwkwk. Dan tanpa
takut-takut, meski Nam lagi beradegan hot sama pacarnya, dua anak itu
bergantian keluar masuk kamar untuk ke toilet. Nam marah, bagaimana mungkin?
Nam mendesak mereka untuk segera pergi, tapi akhirnya mengalah juga. Hwang dan
Hwang kecil (anaknya Hwang) bermalam di rumah Nam.
Film ini banyak membuat gue
terpingkal. Beberapa diantaranya adalah saat Nam rebut merapikan jejak dua
Hwang yang baru saja sampai rumahnya, Hwang kecil berjalan dalam tidurnya, Nam
yang suka sama guru TK, Hwang kecil yang ternyata jago main piano, saat
ketiganya belanja baju, saat Nam curang main kartu sama Hwang kecil, adegan Nam
dan anak gadisnya tidur seranjang, dan lain-lain. Hebat, sampai di akhirnya,
film ini mampu menggelitik. Guru TK yang ditaksir Nam tahu kalau Nam mengorek
informasi dari Hwang kecil. Dan guru TK ini bilang, seandainya kita pacaran,
apa aku akan dipanggil nenek oleh Hwang kecil? Jleb, gue sadar dan ketawa. It’s
a mind blowing fact.
Touching scene. Gue suka banget
adengan menyentuh film ini. Di saat Hwang dan Nam berargumen, mereka banyak
mengungkapkan mengenai kebenaran. Hwang datang bukan untuk mengancam masa depan
ayahnya. Ia hanya ingin memiliki ayah seperti anak-anak lain. Yes, this is
classic. Dia marah karena ayahnya marah dengan keberadaannya. Hwang bahkan ga
pernah meminta untuk dilahirkan. Tapi ia lahir, dan ia komponen tubuhnya bahkan
sampai karakternya adalah milik Nam, ayahnya. Tapi mengapa Nam menolaknya?
Hwang tidak terima. Lalu, Nam dengan kejam akhirnya berkata dengan suaranya yang
merendah. “I never wanted you.” Jleb. Mana ada anak yang ga hancur jika ayahnya
bicara seperti itu dengan mata dua-duanya menatap. Gila. Dan, itulah yang
dilakukan Hwang. Tangisannya menyayat. Besoknya Hwang langsung cao.
Nyatanya, Nam merindukan kehadiran
dua Hwang dalam rumahnya. Kini rumahnya sepi, ia makan dan tidur sendiri. Nam
ingin berbaikan dengan anak gadisnya, dan ia meminta maaf secara tidak langsung
lewat, radio. Spesialisasinya. Nam membuat surat mengatasnamakan Hwang. Lalu ia
berkomentar sendiri, bahwa mungkin ayah Hwang sedang dalam emosi, and he don’t
mean it. Mungkin ayahnya merasa bersalah sekarang, dan Nam menyarankan Hwang
untuk meneleponnya sekarang. Pada akhirnya, Hwang benar-benar menelepon.
Tepatnya pembicaraan mereka gue lupa, tapi Hwang menguji Nam. Oh ya, Nam
kemarin itu marah karena ada isu berhembus bahwa Nam punya hubungan romantis
dengan Hwang. Nam marah karena hal itu mengancam karirnya. Jelas, di posisi Nam
gue mengerti bahwa hal itu ga mudah untuk diakui, menjadi kakek di awal
30-annya.
Later, mereka udah setengah
berbaikan saat Hwang mau datang di final lomba menyanyi yang diadakan radio
tempat Nam berkoar. Blablabla di tinggal ibunya make up, Hwang kecil tiba-tiba
hilang. Hwang panik setengah mati dan berlarian mencari Hwang kecil. Dia
berlari sambil menangis, ke lorong sampai ke lobi yang banyak orang. Ia menjadi
tontonan, maskaranya luntur dan kakinya telanjang. Kaget, Hwang sampai di
studio tempat Nam lagi MC. Yes, Hwang naik ke panggung dan memohon-mohon,
bahkan meneriakkan “appa!”. Sadly, Nam melanjutkan MC nya yang tadi terpotong.
Kelihatan dia lagi galau, ikut mencari Hwang kecil atau melanjutkan
pekerjaannya. Jelas karirnya dipertaruhkan. Tapi akhirnya ia ikut usaha mencari
Hwang kecil, dengan mengumumkan pada audience “If you ever see a 5 yo child,
he’s master piano, pro-player card, often walking in his sleep,..” Bahkan
meskipun Nam ga ekstrim, ini menyentuh. And then, Nam melihat anak gadisnya
yang secara kasar di amankan oleh sekuriti. And, Nam screamed. “Ya! Take your
hands off her!” He started to down the stage dan buat perhitungan dengan
abang-abang sekuriti. Damn, he protected his daughter. Touching, deeper.
Mereka berakhir di kantor polisi,
bersama dengan guru TK. Bahkan mantan Hwang datang, dan sok-sok mau bertanggung
jawab sama Hwang kecil. Pacarnya itu sama sekali ga kepikiran, mereka
berhubungan enam tahun lalu, dan Hwang kecil berumur 5 tahun. Dia masih
berpikir Nam adalah ayah anak itu, psikopat yang menyukai gadis muda dan
mengguna-guna mantannya yang cantik. Nam sadar duluan kalau laki-laki ini ayah
Hwang kecil, dan kalian tahu Nam ngapain? Dia ribut si bocah itu. Kalau mau
contohnya, coba aja kalian yang gadis-gadis hamil di luar nikah, dan bawa
laki-laki sialan itu ke hadapan ayahmu. Itulah yang dilakukan Nam. Bahkan dia
melakukan hal itu di kantor polisi. Bagi gue, itu wajar banget. Dan poin inilah
yang membuat Nam jadi memesona. Ia akhirnya melakukan apa yang seorang ayah
harus lakukan. Menghajar laki-laki yang menghamili anak gadisnya.
Daaan di sanalah film ini berakhir.
Ibu Hwang dan Hwang adalah gadis kuat yang mengorbankan hidupnya demi cinta.
Ibu Hwang, hamil tanpa meminta pertanggung jawaban Nam dan hidup menjadi ibu
tunggal. Sama dengan yang Hwang lakukan. Dua Hwang ini tidak ingin menghancurkan
masa depan lelaki yang mereka cintai. Tak lupa mereka sekalian men-cheer up
para gadis-gadis yang menjadi ibu karena ‘kecelakaan’.
Somehow, terselip nilai negatif
yang bisa berakibat negatif juga. Hwang nampak baik-baik saja menjadi ibu
tunggal, yang bisa membantu pembentukan paradigma ‘its okay to be a single
mother’ dan dalam kondisi Hwang menjadi garis lurus ‘it’s okay to have sex
before wedding’. Itu buruk kan? Buat Indonesia sendiri.
But overall, the love between this
appa and daughter very touched. Lame or fresh, appa and daughter loves always
special. Family, is the most of all. Blood related or no, wanted or no.
Sekian review dari gue mengenai
film Scandal Makers. Kebetulan gue juga baru ngabisin film Sophie’s Revenge
yang di co-staring oleh So Jisub ahjussi. Film ini sekaligus film terakhir dari
Om Jisub yang bisa gue peroleh dari cyber world. Woah, I would miss him so
much. I picked out one of their quote, “if you do, you don’t need me. You need
a phsicyatrist.” Kata lawan main Sophie yang akhirnya jadi pasangan Sophie. So
Jisub ga berperan banyak. Tapi mereka buat Jisub ahjussi istimewa, adegan
komedi. Adegan yang jarang dilakoni si om. Meskipun pada akhir-akhirnya,
senjatanya dikeluarkan juga. Tatapan berpikir oleh om Jisub yang mendalam. Matanya
menyipit, ah.. #melting
Gue sedikit mau protes. Gue sangat
terganggu dengan adv terutama di dialymotion. -__- whatever with pantene or SK
II. They annoyed. It’s fine kalo cuma waktu opening, tapi kalo setiap beberapa
menit itu.. diperhebat oleh laptop mini yang agak lelet ini, bisa-bisa gue
emosi. It doesn’t make sense.