Rabu, 5 Juni 2013
Gue abis remedial sejarah, dan gagal lagi. Gembel. Jum’at
gue harus masuk ngumpulin tugas sebelum jam 7, lalu kembaliin buku, dan ga
masuk lagi sampai waktu pengambilan rapor. Hah!
Gue abis buka inbox yang sudah bergabung sama chat di
facebook. Gilaa, betapa alaynya gue. SKSD, ga jelas, bahkan gue lama baca
tulisan gue sendiri. Bahkan di satu pembicaraan, gue nyolot sendiri. Heran.
Memang, ni orang yang salah dulu, tapi gue nyolot ampe dua kali. Hahaha malu.
Seandainya gue bisa muter balik waktu, gue akan jalani hidup gue tanpa
menyentuh tata penulisan dan hidup seorang alay. Tapi ga tau juga, sih. Karena
kata seseorang alay adalah proses pendewasaan. Masalahnya, bukan cuma font gue
yang alay, tapi cara gue bergaul dan lain-lain. Seperti yang tadi gue bilang,
gue nyolotnya itu. Gue bahkan kesel baca jawaban itu, yang notabene dari gue
sendiri. Gue yang membaca sebagai orang ketiga, tidak berpihak pada diri gue di
masa lalu itu. Wew.
Dan kembali, gue merasa diri gue begitu buruk jatuh
terpuruk. Gue merasa kesal untuk menerima diri gue sendiri.
Dan, katanya guru gue, nilai ulangan umum sejarah terbaik
ada di kelas sebelah. Jleb. Gue kecewa. Yah, gue emang ga pernah bermimpi untuk
mendapat nilai terbaik dari antara dua kelas itu. Tapi, merasa bahwa gue sudah
melakukan yang terbaik, jadinya sesek kalo ternyata gue ga keluar sebagai yang
terbaik. Gue berharap tinggi. Karena usaha yang gue kerahkan waktu ulangan udah
yang paling gila. Gue bangun jam 5 pagi untuk belajar lagi. Dan semangat gue
habis di sana.
Gue jadi mikir juga. UKK kemarin ini tingkat kesulitannya
rata-rata ga gitu tinggi. Saat gue keluar dengan wajah cerah, yang lain juga
cerah. Saat gue meredup, yang lain juga redup. Trus, apa bedanya gue sama
mereka? Mana gue udah bilang kalo gue masuk sepuluh besar makan-makan, ga
taunya gue ranking 10< kan malu.
Tapi seperti kata Minzy 2NE1, bukan menjadi yang terbaik.
Tapi lakukan yang terbaik.
Gue udah melakukannya, dan ga seharusnya gue berharap untuk dapat jadi yang terbaik. Gue akan menerima apapun hasilnya, meski ga gue elak pasti terbersit kekecewaan kalau gue ga masuk minimal sepuluh besar. Salah gue juga terlambat bertobat. Gue baru tobat rajin belajar kan baru sebulan ini. Jadi kalau memang hasil akhirnya gue ga masuk 10 terbaik, gue harus menerima konsekuensinya, meskipun pada akhirnya gue ga berhasil mendapatkan beasiswa yang gue impi-impikan. Apalagi terbang ke Korea dan masuk perusahaan tempat idola yang akhir-akhir ini gue khayalin, So Jisub bernaung dan membangun kejayaannya.
Tapi gue harus bisa. Gue harus berusaha. Meskipun tidak
dapet beasiswa ke Korea, meskipun gue ga pernah menginjakkan kaki gue ke negeri
ginseng itu sampai akhir hidup gue dan khayalan tinggal khayalan. Karena
semboyan YOLO gue harus lakukan yang terbaik. Itulah makna sebenarnya di YOLO.
No time for oversleep. Struggle!