Oh ya, ku ganti “dia” dengan panggilan Re- (nama samaran).
Ini akan jadi cerita yang panjang. Kuputuskan untuk menceritakan semua yang
telah lama berlalu sehingga tidak terlalu menumpuk. Lagipula tiap harinya bukan
cerita yang panjang. Akibat lemahnya ingatanku sehingga segala spesifikasi
banyak terlewat.
Sabtu, 1 Oktober 2011
Hari ini ulang tahun Re-! Selamat ulang tahun ya kak Re-! ^^
Jumat, 7 Oktober 2011
Pulang sekolah, aku dan temanku berkumpul membentuk
lingkaran di kaki tangga. Keadaan sudah tidak terlalu ramai. Re- ada di sana,
di lingkaran yang lain. Aku sedang mendengarkan temanku, ketika aku merasa
dilihat seseorang. Sekali lagi, merasa. Kalaupun ia sedang menoleh ke arahku,
tidak menutup kemungkinan dia sedang melihat yang terjadi di belakangku. Lagipula,
saat aku berkesempatan memandang ke arahnya, ia sudah melihat ke arah yang
lain.
Sabtu, 8 Oktober 2011
Singkat saja. Di mimpiku, Re- muncul dengan wajahnya full face selama 1 sekon. Lalu aku
terjaga, mungkin karena terkejut.
Selasa, 11 Oktober 2011
Ibuku membawakanku bekal beberapa potong pisang goreng
selain nasi uduk. Nasinya sudah kumakan di istirahat pertama, jadi kumakan
pisang gorengnya di istirahat kedua. Ternyata temanku ada yang ingin ke kantin,
jadi kami ramai-ramai turun. Aku menggenggam pisang goreng dalam plastik itu
dan kumakan di perjalanan kembali ke atas. Di tangga, aku lupa persisnya apa
yang kukatakan pada temanku ini. Tapi pasti soal kemalanganku. Karena dengan
tujuan dramatis, aku menirukan suara seperti orang menangis dengan gayaku yang
mungkin sedikit berlebihan. Sementara tanganku sibuk memegang plastik berisi
pisang goreng dan tangan yang lain mengurus plastik yang menutup pisangnya.
Mataku terfokus pada pisangnya. Tapi aku tahu ada 2 laki-laki lain di tangga
itu, dan ternyata salah satunya adalah Re- yang ketika ku lihat sedang
bersenandung. Aku tahu ketika masalah pisangku sudah beres. Lalu temanku
mengatakan padaku, bahwa saat aku bersuara menangis dramatis itu Re- menatap ke
arahku bingung. Mungkin seperti, “Apaan sih ?”. Dengan keadaanku yang
kuceritakan panjang lebar itu, aku merasa sangat malu. Memalukan. Bahkan
temanku berkata,”Gw jadi lu sih gw malu banget,”. Lengkaplah sudah malu-maluku.
Jumat, 14 Oktober 2011
Mengenakan seragam pramuka, pulang sekolah aku melihat dia
yang entah benar atau tidak bertemu pandang denganku. Reflek aku membuang
pandanganku ke makanan yang tengah dibeli temanku. Sayangnya, saat aku kembali
mencarinya ia sudah menghilang. Sama seperti kejadian toko buku. Aku berharap
ia tidak merasakan tatapanku, tapi yang kudapat hanya kehilangan bayangnya.
Rabu, 19 Oktober 2011
Beberapa jam pelajaran di musnahkan untuk mengikuti kampanye
OSIS. 3 kandidat kelas 10 calon ketua 2, serta 4 kandidat kelas 11 calon ketua
umum OSIS dan ketua 1. Kejadiannya di tangga lagi. Aku sendiri tidak
menyadarinya. Kata temanku, Re- berjalan di depanku. Saat aku celingukan
mencari dia, dia tidak ada di sekitarku.
Aku menulis ini berdasarkan catatan dan sisa ingatanku. Tapi
catatannya kurang jelas, dan aku juga lupa detailnya.
Yang pasti satu kali ia lewat di belakangku. Sisa gambarannya tidak jelas. Tapi
yang pasti, di akhir acara dia menggantikan MC membawa acara.
Kamis, 20 Oktober 2011
Karena beberapa alasan, sore ini kelas kami mendapat mata
pelajaran biologi yang dilaksanakan di laboratorium. Kejadiannya begini. Karena
laboratorium biologi yang letaknya di gedung lain, kami turun. Di depan meja
piket, Re- ada di sana, sedang tertawa bersama teman-temannya.
Selasa, 25 Oktober 2011
Kali ini mimpi yang akan kuceritakan. Jadi, di tempat
seperti konser, aku menonton suatu pertunjukan. Sepertinya pertunjukan artis
kesukaanku. Aku menonton dari atas, seperti biasa, dengan teman-temanku. Usai
pertunjukan, anehnya tidak ada sorakkan. Jadi aku bersorak-sorak meramaikan,
karena yang melakukan pertunjukkan adalah musisi favoritku. Entah mengapa,
penampil tiba-tiba berganti, bukannya musisi favoritku, tapi Re- dkk. Kontan
Re- senang dengan sorakanku dan mengarahkan telunjuknya kepadaku.
Masih di mimpi yang sama, keadaan berganti. Aku masih di
kursi penonton yang ada di atas. Beberapa meter di kiriku ada Re- yang
mengenakan kaus putih dengan seorang perempuan. Entah bagaimana, posisiku
berubah menjadi posisi seperti ikan duyung dengan tangan menyebrangi punggung Re-.
Aku ingin kembali ke posisi semula, dengan menarik tanganku diam-diam. Tapi
gagal karena kaus putih itu terangkat sedikit terbawa tanganku. Mereka berdua
memandangiku. Aku jadi sangat malu.
Jumat, 28 Oktober 2011
Pagi ini ada upacara Sumpah Pemuda. Karena berpikir Re- akan
menjadi pemimpin upacara, aku mempersiapkan diri serapih mungkin. Saat bangun,
aku menyempatkan diri memasang gulungan rambut. Aku juga menyiapkan tisu di
kantungku untuk menghapus keringat yang pasti akan deras menetes. Aku juga
membersihkan kacamataku agar bisa melihatnya dengan jelas tanpa halangan debu
dan kotoran. Ternyata bukan dia yang menjadi pemimpin upacara. Aku sangat
kecewa.
Saat kegiatan pramuka, kami berlatih semapur. Yaitu kode
dengan menggunakan bendera merah kuning. Aku tengah berlatih, ketika aku
melihat dari ekor mataku anak laki-laki yang kuduga itu adalah Re- di pintu
kelas sebelah tangga yang terbuka. Ketika aku mencoba melihatnya dengan jelas,
ia sudah tidak ada. Beberapa anak lewat dan keluar masuk kelas itu. Aku jadi
berpikir kalau-kalau aku salah lihat.