Jumat, 25 November 2011

Pasif

Rabu, 9 November 2011

Hari ini berlalu seperti hari-hari sebelumnya. Tanpa melihat dia.

Besok hari pahlawan. Temanku bilang pacarku yang akan menjadi pemimpin upacara yang sedang teriak-teriak. Ku kenali dia sebagai “dia”. Aku menyangkal jelas. Meski hatiku senang. Aku sangat menanti upacara itu. Hahaha. Aku sering berpikir. Aku selalu menyukai pria yang terlalu jauh. Yang dekat saja belum tentu dapat. Tapi ku andaikan aku bisa mengenalnya lebih dekat, aku pikir akan aneh kalau ia menjadi pacarku. Aku tidak yakin aku siap untuk itu. Sangat menyenangkan tentu bisa dekat dengannya. Tapi bisa melihatnya setiap hari setiap saat pasti lebih mengasyikkan. Untuk bisa memandangnya dari jarak beberapa meter tanpa seorangpun tahu, dan membuat tanda di buku agendaku. Sebuah ilustrasi jelek tapi sangat menjelaskan.

Tak terkecuali suaranya. Ingin ku rekam dengan kualitas tinggi dan ku dengarkan tiap malam sebagai lagu sebelum tidur. Tapi aku tidak mungkin menarik dia ke ruang rekaman. Sementara yang di teriakkan pemimpin upacara hanya hormat dan siap. Tidak mungkin juga aku mengaktifkan perekam suara saat upacara. Menjadi penggemar rahasia memang susah.

Temanku, yang merupakan adik dari kakak kelas “dia” merupakan anak kelas bawah. Ia menjalankan absen malam dengannya. Absen malam adalah tugas saat masa orientasi, di mana kami harus menelepon salah satu mentor untuk diberi tugas menyanyi atau yang lainnya sesuai keinginan mentor. Jika tidak melakukannya, kami akan dihukum. Sepertinya “dia” memiliki sedikit dendam dengan kakaknya temanku yang baru lulus itu. Tunggu dulu, ini bukan menceritakan temanku. Yang ingin ku sampaikan adalah, temanku bisa mendengar suara “dia” berbicara padanya, lewat ponsel, dimana nomor penelepon akan tercantum jelas. Bukannya aku berniat menelepon “dia”, aku hanya iri pada anak itu.

Mungkin aku memang terlahir sebagai penggemar pasif. Aku merupakan penggila musik salah satu negara luar. Tapi aku tidak terlihat sebagai penggemar selain dari ponsel dan komputer. Poster, majalah, album tidak ku koleksi karena harga yang tidak terjangkau. Apalagi untuk membeli tiket konsernya yang berjuta-juta. Mengingat keuanganku yang pas-pasan, tidak mungkin kupaksa membelinya. Aku hanya penikmat ilegal yang meramaikan jumlah penonton di Youtube.com dan mengunduh gratis lagu mereka. Begitulah kira-kira aku dengannya. Orang pikir aku baik-baik saja tanpa tahu kapan mataku melotot mengetahui "dia" terpantul di kornea mataku dan terkirim oleh saraf sampai ke otak.

Blog ini sepi yah. Tidak ada pembaca atau tidak ada respon ? Aku butuh respon kalian, kritik dan saran untuk perbaikan ke depannya. Aku tahu begitu buruknya bahasa yang ku gunakan. Betapa monoton, pengulangan dan struktur yang buruk. Mohon bimbingannya. Pembaca adalah raja, kok. :)