Padahal hanya 3 hari. Kok panjang banget ya?
Rabu, 25 Januari 2012
Happy Lunar New Year!
Harusnya aku masuk dari kemarin, tapi karena
rasa malas dan muka memelas orangtua memberi izin madol. Bagi yang tidak tahu
apa arti madol, mari kita artikan sebagai meliburkan diri. Semalam aku terjaga
tengah malam, sepertinya karena kebisingan yang terjadi. Tidak perlu dibahas
penyebab kebisingan. Yang pasti setelah kembali tidur, aku bermimpi.
Ingatanku dimulai di tempat seperti
angkutan kota, tetapi lebih luas. Di seberang tempatku duduk, duduk pulalah seorang anak yang kuyakini sebagai ketua OSIS lama. Sebut saja Ian. Lewat ekor mataku tertangkap Ian yang sedang menggerak-gerakkan wajahnya aneh. Lalu saat kepalaku menghadapnya, yang kemudian berpaling lagi, Ian berseru senang berpikir aku terkejut akibat ulahnya. Padahal tidak. Jadi aku teguh memandang keluar tanpa mempedulikan Ian yang heboh.
angkutan kota, tetapi lebih luas. Di seberang tempatku duduk, duduk pulalah seorang anak yang kuyakini sebagai ketua OSIS lama. Sebut saja Ian. Lewat ekor mataku tertangkap Ian yang sedang menggerak-gerakkan wajahnya aneh. Lalu saat kepalaku menghadapnya, yang kemudian berpaling lagi, Ian berseru senang berpikir aku terkejut akibat ulahnya. Padahal tidak. Jadi aku teguh memandang keluar tanpa mempedulikan Ian yang heboh.
Latar berubah menjadi di bagian depan rumah
tempat biasanya sepatu di letakkan. Aku duduk di sana, entah apa yang
kulakukan. Lalu Ian datang dengan pertanyaan apakah aku baik-baik saja. Ian
datang bersama seorang perempuan yang merupakan kekasihnya. Sebelum
menghampiriku, Ian bertengkar dengan kekasihnya. Karena Ian yang terkesan cemas
denganku, mereka terkesan putus. Ian datang dan mengatakan ia menyukaiku.
Sebuah gambar yang teringat di kepalaku adalah aku membawa 2 pasang sepatu di
tanganku. Ada sebuah pertanyaan yang terlontar, bagaimana bisa Ian menyukaiku.
Lalu orang ketiga datang dan berkata, ‘‘mungkin karena kita ‘langseng’ gitu
deh,” langsing maksudnya. Aku berdiri dan menyangkal, “orang gue baru mau mulai
diet,”. Pembicaraan sampai bahwa kisah kami yang seperti drama. Aku mendukung
dengan mengatakan bahwa ia adalah ketua OSIS, sementara aku siapa? Banyak
bertebaran kan novel remaja dengan pria tampan-pintar-ketua OSIS. Lalu aku
terbangun.
Apa yang kalian pikirkan mendengar cerita
sepotong mimpi ini? Aneh? Aku juga merasa aneh. Plot yang ngawur dan ingatan
yang tinggal serpihan. Padahal saat terbangun, aku kaget bahwa semua itu mimpi.
Rasanya nyata, dengan plot logis dan karakterku yang benar-benar aku. Ian,
tokoh ketua OSIS yang jadi lawan mainku benar-benar nyata. Ia baru saja
menyerahkan jabatannya di upacara lalu bersama Re-. Aku tidak tertarik
dengannya, meski ia tidak jelek apalagi bodoh. Pintar dan rupawan, sama dengan
Re-. Kenapa aku memimpikan Ian? Aku juga bingung dengan ingatan yang aneh.
Rasanya saat bangun aku hampir yakin kalau semuanya nyata. Tapi sekarang,
bayangan wajahnya di mimpi bahkan tidak ada.
Aku curiga ada bagian yang terlewatkan dari semua ini. Rasa-rasanya ada yang
terjadi sebelum kejadian di angkutan dan setelahnya. Akan sangat menyenangkan
untuk kembali memimpikannya, dengan Re- sebagai lawan mainku. Sampai sekarang
bayangan Re- belum terpantul lewat retinaku. Kemana dia?
Karena kemarin tidak masuk, Oni menceritakan
sesuatu. Mungkin karena tidak masuk, namaku jadi disebut-sebut. Ketua kelasku
meyakini namaku dieja dengan “J”. Lalu Lee membelaku dengan berkata namaku
dieja dengan “Z”. Oni dan seorang lainnya sibuk menggodaku. Seperti
kebiasaanku, setelah tahu berita-berita semacam itu, aku akan memandang keluar
dengan tatapan kosong dan pikiran melayang kemana-mana. Kebiasaan ini harus
kuhilangkan dengan bersikap biasa, seolah tidak ada yang terjadi. Kebiasaan
yang membuatku tampak menyedihkan, mudah “gede-rasa”.
Rabu lalu, ada pelajaran budi pekerti. Kami
diajak bermain untuk bisa lebih mengenal diri. Jadi sebuah kertas kecil dengan
kelebihanmu yang kau tulis sendiri dan nama tertera di bagian belakang. Lipat
lalu tukar teman sebangkumu. Lipat lagi, serahkan ke teman belakangmu. Yang
paling belakang ke depan menyerahkan kertas. Lihat kertas siapa yang kau pegang
dan tulis kelebihannya menurutmu. Begitu sampai kau memegang kembali kertasmu.
Kemudian beberapa anak maju ke depan kelas membacakan tulisan di kertasnya. Sekali
waktu aku memegang kertas Use. Karena tidak memiliki ide, kutulis saja ia
memiliki kaki yang panjang sebagai kelebihannya. Jojo, salah satu yang maju ke
depan membacakan tulisan “ganteng” yang tertera di kertasnya. Perlu kau ketahui
itu bukan tulisanku. Apa aku sudah pernah cerita tentang Jojo? Nanti saja. Apa
yang ada di kertasku? Lucu, suka menolong, baik hati, baik, kalem. Kelebihan
yang kau tulis saat tidak ada satupun yang terlintas di kepalamu tentang
kelebihannya. Basa-basi, penghiburan, manners.
Aku terkejut mengetahui Jojo yang menulis kalem sebagai kelebihanku. Aku
memandangnya dengan tanda tanya, lalu ia menyeringai. Sepertinya salah tingkah.
Setelah sebelumnya 2 kali aku seperti itu. Masih 2:1.
Aku jadi teringat ucapan seorang teman tadi
siang. Katanya ada acara merayakan valentine. Penyampaian hadiah lewat OSIS
kepada tujuan. Pemberi tidak dicantumkan namanya. Perlukah kukirimkan cokelat
kepada Re-? 1 bar cokelat Cadbury dengan
sedikit puisi sayang membuatku semangat. Atau kukirimkan sekalian surat kepada
Ian? “Aku memimpikanmu. Bagaimana
denganmu?”. Menarik. Tapi bersama 2 pria meski hanya dalam otakku, aku
merasa canggung. Aku jadi terlihat seperti playgirl
putus asa.
Aku khawatir, semua temanku mendapat cokelat,
dan hanya aku yang tidak dapat. Berpikir tentang hal itu, aku jadi
mempertimbangkan untuk mengirim cokelat kepada diriku sendiri. Tekanan sosial.
Sangat menyedihkan mendapati hanya kau yang tidak mendapat cokelat. Seakan
berkata lantang apa yang pernah dikatakan Yi Kyung, “I’m just a nobody wants
person,” atau orang yang tidak diinginkan siapapun.
Kamis, 26 Januari 2012
Sampai kapan aku harus menunggu Re- muncul di depanku? Sudah
lewat berminggu-minggu tanpa bisa ku refill
gelas besar yang berisi rinduku.
Oni bercerita. Suatu usai istirahat kedua, karena terlambat
naik Oni dan seorang lagi dihukum bersama banyak anak lainnya. Yang perempuan skot jump dan yang laki-laki push up. Lalu ia melanjutkan, “ada koko tiang bendera juga,” aku
tertawa. Sekarang baru aku bertanya-tanya. Kapan kejadiannya? Rasanya tidak pernah
aku lepas dari mereka. Tapi jika besok aku bertanya, itu sama saja memberitahu
mereka aku suka Re-. Merepotkan.
Oh ya, ngomong-ngomong, dari kemarin orang yang kusebut
seorang lagi yang juga sering bersama kami adalah Jae. Ia teman sepermainan ku
dan Oni. Bersama seorang lagi kami adalah kelompok terpinggirkan di kelas. Sebut saja yang seorang lagi Ja. Ia
laki-laki yang menyenangkan meski lebih banyak menyebalkannya. Satu fakta yang
mengejutkan dari Jae hari ini. Dia mengaku menyukai seseorang di kelas. Dari
kemarin, kami, terutama aku sibuk bertanya siapa gerangan. Kawasan terus
dipersempit hingga Jae bilang tersangka duduk di barisan yang sama dengan kami.
Di barisan kami, hanya ada 3 laki-laki. Use, Jojo, dan Ja. Dengan segenap
kekuatan akhirnya aku dan Oni berhasil memaksa Jae memberitahu. Ini memang
terkesan bully dan aku memang merasa
sedang mem-bully. Meski aku sangat
menentang pem-bully-an terjadi di
manapun karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. Wow, lagak
saya mengerikan ya.
Siapa yang Jae sukai? Ja.
Ia menjabarkan bahwa ia belum terlalu yakin dengan
perasaannya. Apalagi menyukai 2 orang dalam waktu yang sama yang ia rasa tidak
mungkin. Kenapa tidak? Dibandingkan denganku Jae jauh lebih baik. Sebut saja Re-,
Ian (meski hanya dalam mimpi), Use and
the gank. And the gank? Akan
kutunjukkan betapa gilanya aku.
Use. Tergila-gila selama sebulan yang dilanjuti salah
tingkah yang berlebihan.
Lee. Tidak ada kejadian yang khusus, tapi aku “iri” melihat
ia menggombali wanita lain.
Jojo. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa ia cool dan baby face dengan smiling eyesnya.
Dingin? Wajah bayi? Senyuman mata? Bukan itu. Tidak tinggi dan hampir pendek,
ia mendukung wajah mudanya. Kulit putih dan mata yang membentuk bulan sabit
melengkung ke atas itu membuatku rela memberikan peringkat wajah pria ter-imut
di kelas.
Are. Dia tokoh baru di sini. Wajahnya lucu dan sangat oval.
Bukan cute melainkan funny. Ia pandai membuat ekspresi lucu
yang tak jarang membuatku tertawa. Rumahnya tidak jauh dari rumahku dan ia
sangat bertanggung jawab.
Tha. Tokoh baru juga. Nomor absennya 1 di bawahku. Selalu
mengklaim dirinya ganteng dengan suara beratnya yang khas. Sama seperti Jojo,
matanya juga membentuk smiling eyes.
Mereka semua teman sepermainan. Kelompok populer. Apa karena
itu aku tertarik? Awalnya aku berpikir tentang Tha. Tapi ia menyukai anak lain.
Ia juga lebih dekat dengan Oni. Are, ia ketua kelas. Dan aku harap aku bisa
menghargai dia sepantasnya sebagai ketua kelas yang bertanggung jawab. Jojo,
sudahlah. Use sudah berlalu. Lee adalah pelawak kelas.
Re-, mampirlah sebentar ke retina mataku sehingga bisa
dikirim lewat neuron agar gelas rinduku bisa terisi.
Jumat, 27 Januari 2012
Semalam aku membuka-buka buku agenda dan terjatuh sebuah
undangan ibadah natal dari temanku. Di balik undangan, tertulis “drop your wish here”. Baris pertama ku
tulis judul sebuah lagu yang dinyanyikan Avril. “I wish you were here”. Selanjutnya tanganku menari lincah menulis
rangkaian kata berharap setidaknya mengikis sedikit batu rindu yang keras ini.
Sampai penuh tulisan ke bawah, tanganku kembali ke atas. “Santa, I haven’t asked for anything yet. Could you let me see him? I’ve
did many good things. Please, at least hear my cry,”. Kira-kira begitu.
Lalu ku tulis besar-besar nama lengkap Re-. Tidak bisa kutulis di sini. Kecuali
aku ingin mati. Hm, jika saja aku tahu hari aku meninggal, beranikah aku sehari
sebelumnya menyatakan semuanya? Rasanya terlalu menyedihkan membawa perasaan
itu hingga mati.
Kembali ke pokoknya. Karena ingin membeli double tip aku, Oni, dan Jae pergi
bersama ke koperasi sekolah. Baru masuk di depan meja piket guru, Oni
menunjukkan sebaris giginya sambil berkata, “eh, gebetan lo tuh,”. Aku baru
melangkah ke anak tangga pertama, ketika dia hampir sampai di tikungan. Aku
marah-marah sambil tertawa mengejar Oni. Tak beberapa detik, kami sampai di
tikungan juga, tapi Re- sudah hampir belok untuk naik ke atas lagi.
Aku tidak nyaman dengan istilah ‘gebetan’ yang mereka
artikan dengan seseorang yang disukai. Dalam pendengaranku sendiri, ‘gebetan’
terkesan seseorang yang kau sukai dan sudah berhubungan dekat. Jika menyebut
Re- gebetanku, rasanya terlalu dekat. Seakan-akan aku temannya. Teman? Bahkan hubungan ini tidak bisa dikatakan
sebagai ‘kenalan’. Tapi dia adalah seseorang yang aku tahu. Entah apa aku
baginya.
Pokoknya, selamat kepada diriku sendiri. Terima kasih kepada
Tuhan, atas takdirnya membuatku bisa melihat Re-. Punggung Re-. Sepertinya
memang Re-. Aku sendiri tidak yakin, hanya percaya apa yang Oni bilang. Bodoh
ya? Aku jadi curiga kalau santa itu ada,
dan ia menggunakan bahasa Inggris.