Jumat, 27 Januari 2012

Santa?


Padahal hanya 3 hari. Kok panjang banget ya?

Rabu, 25 Januari 2012

Happy Lunar New Year!

Harusnya aku masuk dari kemarin, tapi karena rasa malas dan muka memelas orangtua memberi izin madol. Bagi yang tidak tahu apa arti madol, mari kita artikan sebagai meliburkan diri. Semalam aku terjaga tengah malam, sepertinya karena kebisingan yang terjadi. Tidak perlu dibahas penyebab kebisingan. Yang pasti setelah kembali tidur, aku bermimpi.

Ingatanku dimulai di tempat seperti
angkutan kota, tetapi lebih luas. Di seberang tempatku duduk, duduk pulalah seorang anak yang kuyakini sebagai ketua OSIS lama. Sebut saja Ian. Lewat ekor mataku tertangkap Ian yang sedang menggerak-gerakkan wajahnya aneh. Lalu saat kepalaku menghadapnya, yang kemudian berpaling lagi, Ian berseru senang berpikir aku terkejut akibat ulahnya. Padahal tidak. Jadi aku teguh memandang keluar tanpa mempedulikan Ian yang heboh.

Latar berubah menjadi di bagian depan rumah tempat biasanya sepatu di letakkan. Aku duduk di sana, entah apa yang kulakukan. Lalu Ian datang dengan pertanyaan apakah aku baik-baik saja. Ian datang bersama seorang perempuan yang merupakan kekasihnya. Sebelum menghampiriku, Ian bertengkar dengan kekasihnya. Karena Ian yang terkesan cemas denganku, mereka terkesan putus. Ian datang dan mengatakan ia menyukaiku. Sebuah gambar yang teringat di kepalaku adalah aku membawa 2 pasang sepatu di tanganku. Ada sebuah pertanyaan yang terlontar, bagaimana bisa Ian menyukaiku. Lalu orang ketiga datang dan berkata, ‘‘mungkin karena kita ‘langseng’ gitu deh,” langsing maksudnya. Aku berdiri dan menyangkal, “orang gue baru mau mulai diet,”. Pembicaraan sampai bahwa kisah kami yang seperti drama. Aku mendukung dengan mengatakan bahwa ia adalah ketua OSIS, sementara aku siapa? Banyak bertebaran kan novel remaja dengan pria tampan-pintar-ketua OSIS. Lalu aku terbangun.

Apa yang kalian pikirkan mendengar cerita sepotong mimpi ini? Aneh? Aku juga merasa aneh. Plot yang ngawur dan ingatan yang tinggal serpihan. Padahal saat terbangun, aku kaget bahwa semua itu mimpi. Rasanya nyata, dengan plot logis dan karakterku yang benar-benar aku. Ian, tokoh ketua OSIS yang jadi lawan mainku benar-benar nyata. Ia baru saja menyerahkan jabatannya di upacara lalu bersama Re-. Aku tidak tertarik dengannya, meski ia tidak jelek apalagi bodoh. Pintar dan rupawan, sama dengan Re-. Kenapa aku memimpikan Ian? Aku juga bingung dengan ingatan yang aneh. Rasanya saat bangun aku hampir yakin kalau semuanya nyata. Tapi sekarang, bayangan wajahnya di mimpi bahkan tidak ada.  Aku curiga ada bagian yang terlewatkan dari semua ini. Rasa-rasanya ada yang terjadi sebelum kejadian di angkutan dan setelahnya. Akan sangat menyenangkan untuk kembali memimpikannya, dengan Re- sebagai lawan mainku. Sampai sekarang bayangan Re- belum terpantul lewat retinaku. Kemana dia?

Karena kemarin tidak masuk, Oni menceritakan sesuatu. Mungkin karena tidak masuk, namaku jadi disebut-sebut. Ketua kelasku meyakini namaku dieja dengan “J”. Lalu Lee membelaku dengan berkata namaku dieja dengan “Z”. Oni dan seorang lainnya sibuk menggodaku. Seperti kebiasaanku, setelah tahu berita-berita semacam itu, aku akan memandang keluar dengan tatapan kosong dan pikiran melayang kemana-mana. Kebiasaan ini harus kuhilangkan dengan bersikap biasa, seolah tidak ada yang terjadi. Kebiasaan yang membuatku tampak menyedihkan, mudah “gede-rasa”.

Rabu lalu, ada pelajaran budi pekerti. Kami diajak bermain untuk bisa lebih mengenal diri. Jadi sebuah kertas kecil dengan kelebihanmu yang kau tulis sendiri dan nama tertera di bagian belakang. Lipat lalu tukar teman sebangkumu. Lipat lagi, serahkan ke teman belakangmu. Yang paling belakang ke depan menyerahkan kertas. Lihat kertas siapa yang kau pegang dan tulis kelebihannya menurutmu. Begitu sampai kau memegang kembali kertasmu. Kemudian beberapa anak maju ke depan kelas membacakan tulisan di kertasnya. Sekali waktu aku memegang kertas Use. Karena tidak memiliki ide, kutulis saja ia memiliki kaki yang panjang sebagai kelebihannya. Jojo, salah satu yang maju ke depan membacakan tulisan “ganteng” yang tertera di kertasnya. Perlu kau ketahui itu bukan tulisanku. Apa aku sudah pernah cerita tentang Jojo? Nanti saja. Apa yang ada di kertasku? Lucu, suka menolong, baik hati, baik, kalem. Kelebihan yang kau tulis saat tidak ada satupun yang terlintas di kepalamu tentang kelebihannya. Basa-basi, penghiburan, manners. Aku terkejut mengetahui Jojo yang menulis kalem sebagai kelebihanku. Aku memandangnya dengan tanda tanya, lalu ia menyeringai. Sepertinya salah tingkah. Setelah sebelumnya 2 kali aku seperti itu. Masih 2:1.

Aku jadi teringat ucapan seorang teman tadi siang. Katanya ada acara merayakan valentine. Penyampaian hadiah lewat OSIS kepada tujuan. Pemberi tidak dicantumkan namanya. Perlukah kukirimkan cokelat kepada Re-? 1 bar cokelat Cadbury  dengan sedikit puisi sayang membuatku semangat. Atau kukirimkan sekalian surat kepada Ian? “Aku memimpikanmu. Bagaimana denganmu?”. Menarik. Tapi bersama 2 pria meski hanya dalam otakku, aku merasa canggung. Aku jadi terlihat seperti playgirl putus asa.

Aku khawatir, semua temanku mendapat cokelat, dan hanya aku yang tidak dapat. Berpikir tentang hal itu, aku jadi mempertimbangkan untuk mengirim cokelat kepada diriku sendiri. Tekanan sosial. Sangat menyedihkan mendapati hanya kau yang tidak mendapat cokelat. Seakan berkata lantang apa yang pernah dikatakan Yi Kyung, “I’m just a nobody wants person,” atau orang yang tidak diinginkan siapapun.

Kamis, 26 Januari 2012

Sampai kapan aku harus menunggu Re- muncul di depanku? Sudah lewat berminggu-minggu tanpa bisa ku refill gelas besar yang berisi rinduku.

Oni bercerita. Suatu usai istirahat kedua, karena terlambat naik Oni dan seorang lagi dihukum bersama banyak anak lainnya. Yang perempuan skot jump dan yang laki-laki push up. Lalu ia melanjutkan, “ada koko tiang bendera juga,” aku tertawa. Sekarang baru aku bertanya-tanya. Kapan kejadiannya? Rasanya tidak pernah aku lepas dari mereka. Tapi jika besok aku bertanya, itu sama saja memberitahu mereka aku suka Re-. Merepotkan.

Oh ya, ngomong-ngomong, dari kemarin orang yang kusebut seorang lagi yang juga sering bersama kami adalah Jae. Ia teman sepermainan ku dan Oni. Bersama seorang lagi kami adalah kelompok terpinggirkan di kelas. Sebut saja yang seorang lagi Ja. Ia laki-laki yang menyenangkan meski lebih banyak menyebalkannya. Satu fakta yang mengejutkan dari Jae hari ini. Dia mengaku menyukai seseorang di kelas. Dari kemarin, kami, terutama aku sibuk bertanya siapa gerangan. Kawasan terus dipersempit hingga Jae bilang tersangka duduk di barisan yang sama dengan kami. Di barisan kami, hanya ada 3 laki-laki. Use, Jojo, dan Ja. Dengan segenap kekuatan akhirnya aku dan Oni berhasil memaksa Jae memberitahu. Ini memang terkesan bully dan aku memang merasa sedang mem-bully. Meski aku sangat menentang pem-bully-an terjadi di manapun karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan. Wow, lagak saya mengerikan ya.

Siapa yang Jae sukai? Ja.

Ia menjabarkan bahwa ia belum terlalu yakin dengan perasaannya. Apalagi menyukai 2 orang dalam waktu yang sama yang ia rasa tidak mungkin. Kenapa tidak? Dibandingkan denganku Jae jauh lebih baik. Sebut saja Re-, Ian (meski hanya dalam mimpi), Use and the gank. And the gank? Akan kutunjukkan betapa gilanya aku.

Use. Tergila-gila selama sebulan yang dilanjuti salah tingkah yang berlebihan.

Lee. Tidak ada kejadian yang khusus, tapi aku “iri” melihat ia menggombali wanita lain.

Jojo. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa ia cool dan baby face dengan smiling eyesnya. Dingin? Wajah bayi? Senyuman mata? Bukan itu. Tidak tinggi dan hampir pendek, ia mendukung wajah mudanya. Kulit putih dan mata yang membentuk bulan sabit melengkung ke atas itu membuatku rela memberikan peringkat wajah pria ter-imut di kelas.

Are. Dia tokoh baru di sini. Wajahnya lucu dan sangat oval. Bukan cute melainkan funny. Ia pandai membuat ekspresi lucu yang tak jarang membuatku tertawa. Rumahnya tidak jauh dari rumahku dan ia sangat bertanggung jawab.

Tha. Tokoh baru juga. Nomor absennya 1 di bawahku. Selalu mengklaim dirinya ganteng dengan suara beratnya yang khas. Sama seperti Jojo, matanya juga membentuk smiling eyes.

Mereka semua teman sepermainan. Kelompok populer. Apa karena itu aku tertarik? Awalnya aku berpikir tentang Tha. Tapi ia menyukai anak lain. Ia juga lebih dekat dengan Oni. Are, ia ketua kelas. Dan aku harap aku bisa menghargai dia sepantasnya sebagai ketua kelas yang bertanggung jawab. Jojo, sudahlah. Use sudah berlalu. Lee adalah pelawak kelas.

Re-, mampirlah sebentar ke retina mataku sehingga bisa dikirim lewat neuron agar gelas rinduku bisa terisi.

Jumat, 27 Januari 2012

Semalam aku membuka-buka buku agenda dan terjatuh sebuah undangan ibadah natal dari temanku. Di balik undangan, tertulis “drop your wish here”. Baris pertama ku tulis judul sebuah lagu yang dinyanyikan Avril. “I wish you were here”. Selanjutnya tanganku menari lincah menulis rangkaian kata berharap setidaknya mengikis sedikit batu rindu yang keras ini. Sampai penuh tulisan ke bawah, tanganku kembali ke atas. “Santa, I haven’t asked for anything yet. Could you let me see him? I’ve did many good things. Please, at least hear my cry,”. Kira-kira begitu. Lalu ku tulis besar-besar nama lengkap Re-. Tidak bisa kutulis di sini. Kecuali aku ingin mati. Hm, jika saja aku tahu hari aku meninggal, beranikah aku sehari sebelumnya menyatakan semuanya? Rasanya terlalu menyedihkan membawa perasaan itu hingga mati.

Kembali ke pokoknya. Karena ingin membeli double tip aku, Oni, dan Jae pergi bersama ke koperasi sekolah. Baru masuk di depan meja piket guru, Oni menunjukkan sebaris giginya sambil berkata, “eh, gebetan lo tuh,”. Aku baru melangkah ke anak tangga pertama, ketika dia hampir sampai di tikungan. Aku marah-marah sambil tertawa mengejar Oni. Tak beberapa detik, kami sampai di tikungan juga, tapi Re- sudah hampir belok untuk naik ke atas lagi.

Aku tidak nyaman dengan istilah ‘gebetan’ yang mereka artikan dengan seseorang yang disukai. Dalam pendengaranku sendiri, ‘gebetan’ terkesan seseorang yang kau sukai dan sudah berhubungan dekat. Jika menyebut Re- gebetanku, rasanya terlalu dekat. Seakan-akan aku temannya. Teman?  Bahkan hubungan ini tidak bisa dikatakan sebagai ‘kenalan’. Tapi dia adalah seseorang yang aku tahu. Entah apa aku baginya.

Pokoknya, selamat kepada diriku sendiri. Terima kasih kepada Tuhan, atas takdirnya membuatku bisa melihat Re-. Punggung Re-. Sepertinya memang Re-. Aku sendiri tidak yakin, hanya percaya apa yang Oni bilang. Bodoh ya?  Aku jadi curiga kalau santa itu ada, dan ia menggunakan bahasa Inggris.