Minggu, 01 Januari 2012

12:07

Begitulah tanda waktu yang di tunjukkan netbook-ku saat mulai menulis. Tidak ada niat sama sekali menulis tengah malam. Padahal sejak pukul 11 aku sudah menutup mata hendak tidur. Bunyi ledakan kembang api kian ramai. Sudah kucoba mendengarkan beberapa lagu mellow dan berhasil membuat mataku lebih tenang. Tapi memang takdir, bunyi kembang api menggila dan aku sadar sudah lewat beberapa menit dari pukul 12 malam. Tahun 2012. Berbagai jenis umpatan sudah mengalir deras dari otakku. Memaki mereka yang euforia terhadap tahun yang baru.

Kalian bilang memulai lembar yang baru?
Kita hanya akan mulai menghitung penanggalan dari awal. Januari lagi, Februari, dst. Hanya berbeda ujungnya kan? '12. Sisanya sama. Tetap ada 2 Januari, 2 Februari, 2 Desember lagi setiap tahunnya. Mengapa harus dirayakan? Tepat pukul 12 meniup terompet yang hilang ditelan suara kembang api. Tidak apa-apa bila di lakukan di Monas, Ancol, Bundaran sana. Tapi bukan di perumahan. Di mana manusia yang kalian sebut masa depan bangsa tengah memejamkan matanya keras-keras berharap bisa terlelap. Tubuh banyak bekerja tengah malam, kau tahu? Di sini, seorang remaja terpaksa membuka laptopnya karena putus asa. Bisa terlelap itu hanya mimpi. DUAR! DUAR! DUAR!

Sebuah acara TV mengatakan, orang yang optimis akan menyambut 2012 karena akan banyak peluang. Sementara yang pesimis ingin segera menyelesaikan 2011. Apa bedanya? Saat 2011 berlalu berarti itu sudah 2012 kan?

Di atas tempat tidur nan empuk ini aku tidak bisa tidur. Kehilangan satu lagi kesempatan memuluskan kulitku, atau meredam pertumbuhan jerawatku yang semakin pesat dari hari ke hari. Lantas, tidak ada sisa kegembiraan menyambut tahun yang baru bagiku.

Orang suka menjadikan satu hari spesial. Ulang tahun, anniversary, 100 hari-an, dll. Tahun baru, Natal, Lebaran, dll. Bertahun-tahun aku men-sakralkan hari ulang tahunku. Kini antusiasku terkena erosi. Mengapa orang suka dengan satu hari spesial? Menyaksikan keindahan kembang api di malam tahun baru dengan kekasih? Para jomblo di rumah dengan sensitifitas tinggi. That's mean nothing. Daripada memberikan kado terindah saat ulang tahun, lebih baik jadilah kekasihku sampai setidaknya setahun kedepan, bila hubungan tidak bisa bertahan lagi. Aku sangat mencintaimu. Itu akan lebih baik. Tidak seperti di dalam film, di mana seseorang mampu mengenang lewat benda. Aku lebih suka lewat pengabadian. Gambar, suara, video. Tempat dulu kita duduk bersama. Kisah-kisah romantis. Perasaan sedih, kesal, menyesal. Catatan yang me-review. Lalu seperti kaset semuanya ter-playback. Kembali merasakan semuanya. Sedih lagi, kesal, menyesal. Air mata tak terbendung lagi. Aku menangis. Tidak ada lagu sedih yang melatar belakangi. Hanya percakapan yang terjadi di otakku.

Kesimpulannya, tahun baru itu ga berarti sampe kita mengartikannya. (Ga nyambung.)