Hari ini Oni masuk (yey!). Meski teman-teman
tetangga tampak kurang bersahabat dengan Oni, bahkan aku sempat menganggapnya
demikian, 4 hari tanpanya membuatku jera. Ia bersosialisasi lebih baik dariku.
Entah sejak kapan aku tidak bisa bersosialisasi. Sepertinya dulu aku baik-baik
saja. Sejak SMP mungkin?
Di tengah perjalanan pulang 2 teman yang
bersamaku memutuskan mampir di sebuah kedai pancake.
Aku menghabiskan uang 15 ribu hanya untuk dua lembar kue dadar dan selembar
daging asap. Sembari makan, kami berbincang santai. Sekali waktu temanku
menceritakan seorang subjek yang bahkan tidak kudengar jelas siapa dan tidak
sempat bertanya ulang. Karena yang selanjutnya ia menyebut nama Re-. Aku hanya
bertanya ulang di bagian Re-. Re- kelas 11 atau 12? Kelas 12. Yang itu? Iya,
dengan cengiran yang berarti ia menyadarinya. Kuluruskan saja, ia mendengar
gosip sampah dari Oni sekitar September lalu, dan percaya. Sesekali aku
dipasangkan dengan seorang teman di kelas, tapi aku menolak mentah-mentah. Lalu
pernah ia dengan seringainya berbisik padaku, “Sukanya sama Re-, ya?”. Kembali
ke cerita. Jadi saat pengambilan rapor kemarin, subjek yang tidak diketahui itu
menyapa Re- yang melewati tempat duduk mereka. “Hai kak,” tapi Re- hanya
menengok dari balik pundaknya dan mengangkat tangan, membalas sapaan. Lalu kami
cekikikan dan mengumpat Re- karena sikap sombongnya. Aku malu karena tidak bisa
menahan untuk menegaskan pernyataan tiap Re- disebut. Bagaimana bisa menjaga
rahasia sendiri? 2 orang sudah mencurigaiku. Seorang lagi juga tampaknya tahu,
tapi tidak ada godaan yang keluar dari dirinya.
Re-, dari pendapat yang kudengar dari
teman-temanku, tidak ada satupun yang baik. Saat itu ramai-ramai
kami mengenang
masa orientasi dan kebetulan seorang anak bimbingannya pulang bersama.
Aku-seperti yang bisa kalian tebak-sibuk bertanya tentang Re-. Gosip Re- yang
hanya tidur, Re- sebagai angel atau devil, apapun itu, tentang Re-. Kadang
aku berusaha mengingat muka mereka yang lain, apa tampak wajah aneh penuh
curiga? Argh. Bodoh.
Kamis, 12 Januari 2012
Dalam rangka perayaan Imlek sekolah
membebaskan kewajiban murid mengenakan seragam sekolah. Mungkin terdengar
menyenangkan, tapi sebetulnya sangat mengkhawatirkan bagiku. Tubuh yang indah,
baju yang bagus, bahkan selera fashionku
dianggap parah.
Acara dimulai dengan ibadah natal dan tahun
baru. Aku duduk di sayap kiri, sementara di bagian tengah yang kulihat hanya
anak kelas 11, mataku berusaha mencari Re- di sayap kanan. Nihil. Inilah alasan
mengapa aku semangat memperbaiki mataku. Lalu sampai disebuah kesempatan, kami
para umat diberi waktu untuk mengucap doa untuk diri sendiri secara pribadi.
Dalam hati aku akan mengatakan harapanku untuk bisa melihatnya, tapi lalu
tersadar itu bukan hal yang pantas untuk diucapkan kepada Sang Pencipta. Setelah kami dipersilakan duduk, 2 baris anak berjalan ke depan lewat jalan
antara 2 tempat duduk tengah. Beberapa wajahnya tampak tak asing, mentor masa
orientasi. Lalu aku mencondongkan tubuhku ke Oni yang berada persis di
sampingku, bertanya. “Eh, ada itu ya..” tanyaku menggantung karena lupa istilah
yang harus kugunakan. Lalu dia hanya menunjukkan sebaris giginya dan langsung
mengangguk sebelum ia benar-benar mengerti maksudku. Kemudian teman yang
kuceritakan kemarin melakukan hampir sama dengan yang dilakukan Oni. Menyeringai
senang, ia berbisik kepadaku, “Ada Re- ya,”. Aku tersentak karena tidak
menyadarinya. Kaget karena ternyata yang Oni maksud adalah Re-, sementara aku
bermaksud yang lain. Karena keterkejutanku, aku hanya sempat melihat Re-
sedikit. Tidak terlalu jelas, tapi aku bisa melihat kacamatanya. Setelah badai
salah paham itu berlalu, aku memandang ke depan dengan berbagai pikiran. Tapi
Oni berprasangka lain. Dengan seringai penuh goda ia bertanya kepadaku, “Lagi
liat siapa..?”. Aku kesal pada diriku sendiri. Aku bahkan tidak melihat
apa-apa. Lalu di akhir ibadah guru menyampaikan bahwa kelas Re- dan 12 IPS 2
adalah petugas ibadah. Setelah itu sampai pulang aku tidak melihat kacamatanya
lagi. Tadi aku memperhatikan jadwal pelajaran yang tertempel di kelas. Tertulis
di sana jadwal semua kelas. Kelas Re-, mendapat pelajaran olahraga usai
kelasku. Aku baru memastikannya. Memang sebelumnya sempat sekali aku mendengar
teriakan khas Re- dari lapangan. Aku jadi berpikir untuk izin ke toilet saat
pelajaran setelah olahraga. Siapa tahu Re- di sana bisa mampir korneaku dan
terpantul ke retina sampai ke otak.
Baru diceritakan, temanku yang menyukai kakak
kelas mengaku tidak lagi menyukai pria itu. Ketika ditanya alasannya, ia
mengatakan bahwa kakak kelas itu sudah tidak pernah terpikir lagi olehnya. Saat
Use membuatku gila, Re- juga sirna. Tapi Use sudah basi. Re- kembali Berjaya.
Selamat ya, Re-. :D