Jumat, 03 Februari 2012

Membaca dan Menulis


Kamis, 2 Februari 2012

Daripada menulis, sekarang aku jadi lebih sering membaca. Buku Raditya Dika. Sepertinya memang sangat terlambat, karena aku baru selesai membaca Kambing Jantan yang menjadi best seller. Mengulang yang telah diulang, tulisannya memang jempolan.


Selain karena buku yang menarik untuk dibaca, aku tidak memiliki sesuatu untuk diceritakan. Kecuali formasi tempat duduk yang berubah sejak kemarin. Oni dan sebelahnya berpindah jauh ke depan sementara aku masih di tempat yang sama.

Re- lagi. Aku hanya bercerita jika ada sesuatu, yang utama ditujukan kepada Re-. Kalau perlu ditulis alasan aku membuat blog yang berisi kisah pribadiiku, tidak lain adalah mengabadikan Re-. Menulis Re- di agenda terlalu berbahaya karena banyak dipinjam. Mereka yang meminjam banyak bertanya. Lagipula itu agenda hanya untuk setahun. Tapi Re- juga tinggal sebentar lagi, sih. Apalagi Re- ada bimbingan belajar sepulang sekolah, sehingga tidak ada kesempatan berpapasan sekalipun hanya memandang punggung dan rambutnya dari kejauhan barang sebentar.

Oh, aku baru mendapat hasil tes psikologi yang dilaksanakan November 2010. Satu setengah tahun yang lalu. Sangat menakutkan, terdapat tulisan yang menyatakan bahwa aku agak mudah frustasi. Frustasi tidak dapat bersama Re-? Turunkan sedikit. Aku frustasi bahwa aku tidak bisa melihatnya lagi bahkan sepanjang hidupku. Re- pria pertama yang kupandang keren di SMA ini. Hari ke-3 orientasi. Pemimpin upacara yang paling keren. Kenyataan dia tidak terlalu putih dan tampak kumal menjadikan seleraku aneh. Oni sendiri tampak mengidolakan mentos kelas kami. Tim basket yang putih dan tinggi. Bisa kubilang ia tidak jelek. Tapi sikapnya tidak membuatku memandangnya lebih lama. Re- menang bahwa ia membuatku memandangnya lama dengan alis yang bertautan.

Tanpa Re-, apa yang akan kutulis di blog ini? Meski tidak ada pengunjungnya, aku senang aku memiliki sebuah blog. Inilah alasanku mengubah e-mail yang digunakan untuk mengakses ke sini. Nobody knows. Sukur-sukur punya pembaca. Tapi dengan ketidakberadaan pembaca, aku harap aku bisa lebih terpacu untuk menulis dengan lebih baik. Terimakasih.

Jumat, 3 Februari 2012

Bibirku sudah maju menjelang kegiatan pramuka. Aku yang buta Dasa Dharma ditugaskan membaca saat perlombaan. Perlombaan upacara. Pertandingan antar 2 sanggah. Lawan sendiri membacakan Dasa Dharma tanpa membawa teks, meski dipertengahan tersendat-sendat. Saat evaluasi, pihak lawan yang dinyatakan tersendat membela diri dengan kata-kata ‘hafal’ yang sangat menyindir. Setidaknya aku merasa sangat tersindir. Dari awal aku menolak tugas ini. Ema selaku ketua memaksaku. Aku sudah bilang bahwa Oni menjalani tahun ke-4 nya sebagai pramukawati. Ia lebih memiliki potensi untuk membacakan Dasa Dharma jauh lebih baik dari yang kulakukan. Aku sendiri tidak menerima feedback secara frontal. Sama seperti blog ini. Inilah hidupku, tanpa feedback yang berarti.

Aku mungkin akan memajukan bibirku sepanjang sisa hari itu dengan cemberut, jika Re- tidak ada.

Karena hujan, perlombaan diadakan di ruangan paling atas. Usai pramuka kamipun berjalan turun untuk pulang. Di lantai 4 tempat berada 4 kelas 12. Masih di tangga, aku sudah dapat melihat lantai 4 dan hampir sampai. Ada 2 anak laki-laki. Aku sangat yakin Re- yang berdiri di kanan. Meski sekali lagi hanya punggung dan rambutnya. Aku berusaha mengulur waktu dengan mampir ke toilet, tapi memang takdir hanya menenangkanku. Aku sangat berterimakasih. Walau itu hanya sekejap rasanya tekanan yang membuat bibirku cenderung maju itu hilang. Aku jadi tertarik untuk kembali menarik bibir ini ke atas, tersenyum.
Hari ini aku menyelesaikan sebuah novel fantasi karya anak Indonesia. Touché. Such a great novel!  Nice work! I would like to buy any of yours more.