Kamis, 2 Februari 2012
Daripada menulis, sekarang aku jadi lebih sering membaca.
Buku Raditya Dika. Sepertinya memang sangat terlambat, karena aku baru selesai
membaca Kambing Jantan yang menjadi best seller. Mengulang yang telah diulang,
tulisannya memang jempolan.
Selain karena buku yang menarik untuk dibaca, aku tidak
memiliki sesuatu untuk diceritakan. Kecuali formasi tempat duduk yang berubah
sejak kemarin. Oni dan sebelahnya berpindah jauh ke depan sementara aku masih
di tempat yang sama.
Re- lagi. Aku hanya bercerita jika ada sesuatu, yang utama
ditujukan kepada Re-. Kalau perlu ditulis alasan aku membuat blog yang berisi
kisah pribadiiku, tidak lain adalah mengabadikan Re-. Menulis Re- di agenda
terlalu berbahaya karena banyak dipinjam. Mereka yang meminjam banyak bertanya.
Lagipula itu agenda hanya untuk setahun. Tapi Re- juga tinggal sebentar lagi,
sih. Apalagi Re- ada bimbingan belajar sepulang sekolah, sehingga tidak ada
kesempatan berpapasan sekalipun hanya memandang punggung dan rambutnya dari
kejauhan barang sebentar.
Oh, aku baru mendapat hasil tes psikologi yang dilaksanakan
November 2010. Satu setengah tahun yang lalu. Sangat menakutkan, terdapat
tulisan yang menyatakan bahwa aku agak mudah frustasi. Frustasi tidak dapat
bersama Re-? Turunkan sedikit. Aku frustasi bahwa aku tidak bisa melihatnya
lagi bahkan sepanjang hidupku. Re- pria pertama yang kupandang keren di SMA
ini. Hari ke-3 orientasi. Pemimpin upacara yang paling keren. Kenyataan dia
tidak terlalu putih dan tampak kumal menjadikan seleraku aneh. Oni sendiri tampak
mengidolakan mentos kelas kami. Tim basket yang putih dan tinggi. Bisa kubilang
ia tidak jelek. Tapi sikapnya tidak membuatku memandangnya lebih lama. Re-
menang bahwa ia membuatku memandangnya lama dengan alis yang bertautan.
Tanpa Re-, apa yang akan kutulis di blog ini? Meski tidak
ada pengunjungnya, aku senang aku memiliki sebuah blog. Inilah alasanku
mengubah e-mail yang digunakan untuk mengakses ke sini. Nobody knows. Sukur-sukur punya pembaca. Tapi dengan
ketidakberadaan pembaca, aku harap aku bisa lebih terpacu untuk menulis dengan
lebih baik. Terimakasih.
Jumat, 3 Februari 2012
Bibirku sudah maju menjelang kegiatan pramuka. Aku yang buta
Dasa Dharma ditugaskan membaca saat perlombaan. Perlombaan upacara. Pertandingan
antar 2 sanggah. Lawan sendiri membacakan Dasa Dharma tanpa membawa teks, meski
dipertengahan tersendat-sendat. Saat evaluasi, pihak lawan yang dinyatakan
tersendat membela diri dengan kata-kata ‘hafal’ yang sangat menyindir.
Setidaknya aku merasa sangat tersindir. Dari awal aku menolak tugas ini. Ema
selaku ketua memaksaku. Aku sudah bilang bahwa Oni menjalani tahun ke-4 nya
sebagai pramukawati. Ia lebih memiliki potensi untuk membacakan Dasa Dharma
jauh lebih baik dari yang kulakukan. Aku sendiri tidak menerima feedback secara frontal. Sama seperti
blog ini. Inilah hidupku, tanpa feedback
yang berarti.
Aku mungkin akan memajukan bibirku sepanjang sisa hari itu
dengan cemberut, jika Re- tidak ada.
Karena hujan, perlombaan diadakan di ruangan paling atas.
Usai pramuka kamipun berjalan turun untuk pulang. Di lantai 4 tempat berada 4
kelas 12. Masih di tangga, aku sudah dapat melihat lantai 4 dan hampir sampai.
Ada 2 anak laki-laki. Aku sangat yakin Re- yang berdiri di kanan. Meski sekali
lagi hanya punggung dan rambutnya. Aku berusaha mengulur waktu dengan mampir ke
toilet, tapi memang takdir hanya menenangkanku. Aku sangat berterimakasih.
Walau itu hanya sekejap rasanya tekanan yang membuat bibirku cenderung maju itu
hilang. Aku jadi tertarik untuk kembali menarik bibir ini ke atas, tersenyum.
Hari ini aku menyelesaikan sebuah novel fantasi karya anak
Indonesia. Touché. Such a great novel! Nice work! I would like to buy any of yours
more.