Jumat, 10 Februari 2012

Week of Test


 Selasa, 7 Februari 2012

Aku terbangun dan sadar bahwa mimpi semalam menakjubkan. Aku mimpi aku seperti biasa menguntit Re- dengan mataku. Menarik, bahwa aku belum bertemu Re- dalam taraf cukup. Masalahnya aku belum bosan. Bila dalam ekonomi, angka permintaan masih terlalu tinggi dibandingkan penawaran.

Pulang sekolah, aku
tidak merasa lelah secara pikiran. Lelah ini biasa ku alami bila terjadi sesuatu disekolah, misalnya hasil ulangan yang buruk. Padahal tadi ulangan Sosiologi dan aku menjawab sesuai logikaku, yah jauh berbeda dengan teori buku. Aku tidak belajar. Jadi tidak bisa. Harusnya aku terbeban. Apa mungkin karena kawanan Use menyapaku tadi? Ingin rasanya kubuang kebiasaan ini. Tanpa sadar diriku terbang, padahal yang mereka lakukan kepada anak lain jauh lebih intensif. Aku merasa jijik pada diriku sendiri.

Kamis, 9 Februari 2012

Rasanya pengen bolos! Setelah seminggu penuh ulangan, apalagi hari ini aku mengerjakan 3 ulangan rasanya lelah. Besok ada tugas Inggris harus dikumpulkan dan baru selesai tidak sampai seperempatnya. Besok masih ada ulangan Geografi. Aku ingin bolos tapi orang tua tidak akan menizinkan. Bahkan jika jalan depan rumahku banjir aku akan disuruh berenang.

Jasa menyampaikan cokelat benar-benar ada. Delivery service. Dengan tarif Rp. 5.000,- ? Untuk membeli sebatang cokelat seharga 15 ribu saja rasanya sayang.

Kadang, saat ulangan sudah selesai dan banyak waktu tersisa aku banyak berpikir. Tentang cerita baru yang asyik. Terinspirasi oleh Touché aku pikir menyenangkan sesekali menjadi track finder yang bisa mengetahui posisi hanya dengan menyentuh peta. Aku tidak akan repot jelalatan mencari Re-. Atau mind reader. Saat Re- di dekatku, aku akan pura-pura jatuh, atau menyentuhnya saat desak-desakan.

Aku mendengar kabar idolaku akan datang ke Indonesia Maret mendatang. Aku tidak mungkin meminta pada orangtua. Bahkan dengan “uang sendiri”. Seandainya aku lebih pandai menulis lalu tulisanku dimuat di media cetak pasti akan lebih mudah. Sepertinya 2 cerita cukup untuk meyakinkan orangtuaku. Kurang, tapi bisa kuambil dari tabunganku. Entah aku kurang beruntung atau kurang bermutu, sampai saat ini belum kudengar kabar itu.

Harusnya sekarang aku mengerjakan tugas Inggris. Tapi kenapa malah curhat?

Kemarin aku menangis hingga mataku bengkak. Sepele. Ibuku menyuruhku mencatat sebuah pembukuan. Tapi kolom yang harusnya ada 5 hanya ada 4. Ibuku kesal dan menyindir,’katanya mau masuk accounting,gini aja gabisa,’ saat itu juga aku pikir menjadi ahli gizi adalah impianku.

Di sekolah, Oni banyak bercanda yang diikuti permintaan maaf karena takut aku marah. Ia membuatku tampak seperti anak kaku yang tidak bisa diajak bercanda dan merasa dirinya benar. Apa memang aku begitu? Anak yang duduk di samping Oni, bercanda denganku. Suatu saat ia mencubit lengan kiriku. Aku yang sangat kesakitan mereflek dengan mencakar lengannya yang terjangkau. Lenganku membiru sampai aku menulis ini. Bahkan saat kejadian aku hampir menangis. Jae dan Oni sepertinya tahu itu dan langsung bersikap baik. Rasanya bodoh aku tidak bisa menahan air mata. Aku sudah SMA. Tidak lucu menangis hanya karena dicubit. Meski aku memang menentang keras seseorang mencubit diriku. Pengalaman, aku pasti marah ketika dicubit. Apa mereka tidak merasa sesakit yang kurasakan? Lebih baik pukul aku dengan telapak tangan itu. Karena cubitan tidak pernah membuatku berminat tersenyum lagi.

Aku menangis lagi.

Jumat, 10 Februari 2012

Minggu lalu saat aku membacakan Dasa Dharma Pramuka sudah kuceritakan, kan? Kelas kami, khusus putri mendapat juara 1. Yah, aku sampai berpikir kami diberi keberuntungan lebih.

Usai istirahat kedua, kami berjalan kembali ke kelas. Karena 2 temanku lama, aku berjalan di depan. Baru akan menaiki tangga, aku melihat seorang kakak kelas yang waktu itu datang ke kelasku bersama Re- untuk menjadi mentor kami. Bersamanya ada sekitar 5 orang, 2 laki-laki. Karena tidak enak untuk mencari tahu dengan mengangkat kepala, lagipula aku tidak merasa seorang dari mereka Re-, aku berjalan menunduk menaiki anak tangga pertama. Seorang yang laki-laki berusaha berjalan lebih cepat melewati sampingku sambil berbicara dengan semangat. Sesampainya di atas, Oni berkata, ‘Gile, gue ga nyangka suaranya gede juga,’ Aku berpura-pura tidak tahu dengan berkata, ‘Apaan sih?’ lalu bergegas ke toilet untuk buang air. Dia berkata seolah-olah itu Re-. Dan aku memang mendengar laki-laki itu berbicara, karena Ia lewat di sampingku. Tapi aku sama sekali tidak merasa itu Re-. Rasanya beda. Beda dengan pemimpin upacara kami. Tapi jika memang iya, aku bersyukur setidaknya dia masih ada. Sekian lama tidak melihatnya aku sampai lupa suaranya. Padahal dari suaranya aku mulai memikirkannya.

Tadi Lee mengaku di depan kelas saat pelajaran pembangunan karakter tentang kisah cintanya. Aku tahu bahwa salah satu anak kelas sebelah merupakan mantannya. Di akhir pengakuannya, ia berkata ia masih menyukai anak kelas sebelah tersebut. Sekian berita tidak penting.

Aku sangat berharap, saat hari Valentine tiba, setidaknya Re- hadir di depan mataku. Agar aku bisa merayakan hari kasih sayang bersama bayangannya di balik tengkorakku.