Sabtu, 18 Februari 2012

Should I Change?



Selasa, 14 Februari 2012

Happy Valentine!

Sekolah mengadakan acara
apresiasi seni di hari Valentine ini. Sebuah acara yang melibatkan seluruh warga sekolah. Tampak secercah harapan, bahwa aku akan melihat Re- sampai bosan. Nyatanya, harapan itu terlalu tinggi untuk seorang ‘aku’.

Karena acara dikhususkan untuk kelas 10 dan 11, kelas 12 dilokasikan di tempat duduk paling belakang. Dan aku di tengah. Bagaimana bisa kelihatan? Apalagi jendela di belakang dibuka, yang membuatku silau saat melihat kebelakang. Pupus sudah.

Saat keluar, Oni cengengesan sambil menyikutku. Tapi saat aku bertanya mengapa, ia bilang sudah lewat. Aku rasa itu Re-. Oni kan suka meledekku saat ada Re-.

Apa langit sengaja membiarkanku tidak melihat Re- karena tidak ada lagi jodoh antara kami? Jodoh maksudku bukan belahan jiwa. Bila misalnya saja aku bisa sekampus dengannya juga sudah termasuk berjodoh.

Kepalaku terasa kurang enak. Sepertinya karena cuaca yang ekstrem panas serta lagu dangdut yang mengiringiku sepanjang perjalanan pulang tadi. Maaf bagi danduters, tapi music dangdut memang bukan favorit ku.

Untuk Re-, bila kakak membaca ini, ketahuilah bahwa disini hidup 1 penggemarmu. Jangan sedih bila tidak ada delivery cokelat atau sekuntum mawar. Apabila kakak mendapatkannya, ketahuilah penggemar kakak tidak hanya mereka. Aku. Sekarang aku menyesal tidak memanfaatkan jasa yang ditawarkan OSIS. Meski aku sangat malu untuk mengungkapkannya kepada kakak yang menjadi perantara.

Aku ingin menulis banyak hal, tetapi tidak ada bahan untuk ditulis.

Oh, ya. Tadi aku 2 kali dibilang jahat oleh teman-temanku. Seorang anak bertanya padaku tentang sesuatu. Bahasa yang digunakan aneh dan aku tidak mengerti. Mengungkapkan kebingunganku, aku berkata ‘apaan sih’. Sepertinya nada yang kugunakan terlalu sinis hingga mengumbar protes dari yang lain. Lalu seorang anak berkata bahwa cokelat pemberian yang lain terlalu manis. Aku berikan saran untuk memakannya sambil memandangi teman yang duduk disebelahku, pasti jadi lebih tawar. Sekali lagi itu mengundang protes. Aku jadi sempat bengong berpikir. ‘’Apa aku sejahat itu?”

Rabu, 15 Februari 2012

Semalam mimpi lagi. Mimpi yang sama menakjubkan. Kali ini tentang Negara kesukaanku. Sebuah grup yang pernah kugilai, salah satu anggotanya yang merupakan favoritku pula entah bagaimana bisa berhubungan denganku melalui video call. Terkesan seperti audisi, karena lalu aku menyanyi salah satu lagunya setelah ia memberi aba-aba. Meski refrain kedua aku salah lirik, sepertinya aku lolos. Lalu aku mengikuti semacam sekolah seni tempat ia bernaung. Ceritanya kurang lebih seperti itu. Pokoknya saat aku ingat, desir hati merasa ini lebih hebat dari Re-. Yah jelas, mimpi dengan Re- hanya mengintip seperti biasanya. Ini aku berhubungan langsung dengan idolaku. Kyaaaaa!

Lalu aku membuka profile Re- di facebook. Galau.

Mau facebook Re-? Hm, terlalu berbahaya. Meski sampai mati kalian tidak akan mendapatkan namaku di friendlistnya. Kelihatannya dia juga jarang mengupdate facebooknya. Harusnya tiap kata asing ku tulis dengan miring, tapi yasudahlah.

Kamis, 16 Februari 2012

Aku tidak bisa mengerjakan ulangan kimia! Dari 5 soal, yang kuyakin benar hanya 2 nomor. Mati saja.

Kenapa aku sempat berpikir kalau Re- hilang? Sebenarnya ini sudah lama muncul dalam pikiranku, tetapi baru kali ini sempat ku ungkapkan. Aku sering melihat teman-teman Re-. Salah satunya kawan sejak SMP Re-. Yang bahkan sempat kumimpikan itu. Tadi aku bahkan berdiri di dekat teman Re- itu. Memang ia mantan ketua OSIS, tapi Re- kan juga pengurus penting OSIS, bendahara. Entah kemana dia. Teman laki-laki yang bersama Re- mementor anak kelas bawah, atau teman Re- juga yang menyukai seorang kawanku. Kemana Re-?

Mantan ketua OSIS itu membantu membimbing foto kami. Ya kami akan foto untuk buku kenangan. Buku kenangan angkatan Re-. Wajahku akan muncul di sebuah foto bersama kelasku dengan label kelas 10. Mantan ketua OSIS itu sibuk mengurusi penemmpatan kami sehingga ia berdiri tidak jauh. Setelah image seram yang ia buat lewat cerita teman-teman bahwa ia kejam saat orientasi, ia tersenyum di sini. Mengatur posisi anak laki-laki yang berdiri di belakangku, otomatis ia mencondongkan tubuhnya. Mendengar suara beratnya aku menangkap kesan ramah. Kuakui, suara berat beberapa lelaki memang memesona.

Aku berpikir apa aku segitu genitnya? Rasanya tanpa sadar aku mencari sela untuk mendapat perhatian mantan ketua OSIS. Kalau kalian mau tau, aku bukan yang tercantik. Aku tidak cantik.

Ketika aku mulai membaca ulang tulisan ini, aku merasa mulai jijik dengan kata "aku". Rasanya bukan diri yang sebenarnya. Apa ku ubah saja ?