Sabtu,
26 Oktober 2013
Gue
kembali, tanpa pencerahan. Makin kusut iya.
Setelah
memperjuangkan Surya University sampai tetes-tetes air mata, gue kembali
mempertimbangkan akuntansi biasa di universitas yang berletak di Grogol. Baru
aja gue seneng abis karena kedua orang tua gue ‘membiarkan’ gue masuk Surya.
Dan nyokap gue kembali menyatakan dukungannya untuk gue memilih yang gue mau,
meskipun ga ada satu suarapun keluar dari bokap gue.
Tapi
emang dasar ibu, kata-kata dia kembali membuat gue berpikir. Lulusan akuntansi,
meskpun gue hina karena banyaknya sebanyak ikan di laut, tapi banyak
diperlukan. Semua perusahaan, kecil, besar, menengah, butuh tenaga ahli
akuntansi. Dan gajinya emang menggiurkan, kata blog seseorang. Khususnya
seorang auditor, fresh graduate bisa dapet gaji yang lumayan. Dan setelah
mengetik dengan berbagai macam tulisan, gue ga menemukan satupun job untuk
seorang financial analyst yang oke. Di blog seseorang tadi juga disebutkan job
finance analyst, tapi gajinya kalah dari gaji auditor. Damn.
Kalau
mikir soal lowongan pekerjaan finance analyst di google kalah sama sarjana
akuntansi biasa, tiba-tiba Untar punya nilai banyak kelebihan. Karena selain
murah di ongkos, lulusannya lebih terpakai. Sementara di Surya, gue udah
menghabiskan uang hingga 2 kali lebih banyak, dan ga semua perusahaan nerima
gue, dengan penghargaan yang pantas, ini menurut gue.
Meskipun
ga dipungkiri, jurusan semacam ini belum ditemukan di Indonesia. Paling ga
belum ramai, gitu.
Minggu,
27 Oktober 2013
Sekitar
setengah sampai 1 jam lalu, gue puter haluan ke Binus. Boleh gue ngomong kata kasar?
Gue
menjilat ludah gue sendiri, dengan mencari-cari soal binus. Dan jeng jeng jeng.
Hari
ini adalah tes gelombang terakhir untuk jalur beasiswa.
3 hari
yang lalu adalah hari terakhir pendaftaran.
Jadi
gue ga mungkin lagi masuk binus dengan potongan minimal 15%.
Gue
lagi nangis, walaupun gue benci kalau gue kesekolah dengan mata bengkak lagi.
Rencananya
mau hemat uang, malah begini.
Bagi
gue, memperoleh beasiswa bukan sekedar penghematan uang. Salah satunya tertulis
di visi gue, dan terakhir untuk prestise. Yup. Bagi ibu-ibu sosialita mungkin
tas Chanel limited edition, bagi anak kecil mungkin mainan terbaru, dan
lain-lain. Tapi bagi gue adalah seberapa besar gue memperoleh beasiswa, dan
berapa besar penghematan yang gue lakukan. Gue pengen ngatain diri gue sendiri
karena sombongnyaaaa..
Mungkin
ini cara Tuhan mengajar gue untuk tidak sombong berlebihan.
Bahkan
otak gue sedang mengejek gue. Riset? Universitas berbasis riset? BTW gue abis
survey lapangan dimana Surya University berpijak.
Gue ga
terima aja, istilahnya, anak sepinter gue kenapa harus masuk dengan jalur
biasa?
Oke,
berhenti sombong. Kalau begini terus, bisa-bisa gue malah ga kuliah sama
sekali.
Gue tau
gue sakit jiwa.
Kenapa
hari ini harus 27 Oktober?
Kenapa
gue baru berpikir soal binus sekarang?
Kenapa..
kenapa mimpi itu selalu indah?
Kenapa
kenyataan jatuh di dasar banget?
Kenapa
nasib ga berpihak ke gue?
Kenapa
gue harus jadi gue? Why I have to be me?
Udah
banyak gunung yang gue kira bakalan bisa di daki. Mulai dari mimpi ke
Kyungsung, President University, UI, Surya University, Untar.. Binus ini sama
sekali ga terlintas di mimpi gue. Dan sekalinya gue mau ke sana, Binus udah
keburu berpaling.
Hidup.
Gue
berpikir, seandainya gue bukan hidup dalam keluarga yang nilai religiusnya
kuat, gue pasti akan bunuh diri sekarang. Gue ga kuat memikul malu sama diri
gue sendiri, meskipun orang tua gue bahkan ga mempermasalahkan itu.
Senin,
4 November 2013
Stop
membicarakan universitas, karena dari awal memang sudah seharusnya bukan hal
itu yang gue bahas. Masalahnya sekarang, gue sekolah aja udah males. Ada proyek
ini itu, bikin kerjaan. Dan lain-lain. Ah.
Hm,
bahas apa ya?
Oh ya,
ini baru kemarin terlintas di pikiran gue. Soal keberadaan partai politik di
Indonesia yang menurut gue ga sehat. Kebetulan tadi pagi guru gue juga
menyinggungnya seklias. Gue ga setuju keberadaan partai politik yang berasaskan
agama di wilayah pemerintahan eksekutif. Agama apapun itu. Ya, ya. Sila kesatu
kita keTuhanan. Intinya Negara kita mengataskan Tuhan dari segalanya. Tapi menjadi
bagian dalam koalisi pada penjabatan Presiden dan wakilnya, gue cuma merasa
aneh.
Kita
kan bukan Negara agama?
Partai
agama ini itu menurut gue harusnya sebatas duduk di DPR, sebagai penyalur
aspirasi masyarakat agama ini itu dalam kegiatan pemerintahan dan pembentukan
undang-undang. Plis, Presiden dan Wakil Presiden kasih ke partai Nasionalis
aja. Toh Presiden dan Wakilnya beragama. Sudah pasti punya rasa solidaritas
yang tinggi atas agamanya, dan rekan agama yang lain sebagai sesame yang
diajarkan dalam interen agama.
Gue
bicara ini sebagai minoritas, tentu saja.
Guru
gue mendukung dengan berpendapat kalau agama tidak bisa dicampur adukkan dengan
politik. Lihat agama Katholik? Sampai pecah dua men.
Yang
pasti, dipimpin kader dari partai beragama bukan berarti Tuhan beserta kita.
Peace.
Selasa, 5 November 2013
Halo, selamat tahun baru Muharam!
Semalem gue mimpiin ahjussi kesayangan gue
lagi, So Jisub. Seperti biasa, ceritanya ga jelas. Seharusnya gue bareng sama
dia, tapi entah bagaimana kita terpisah dan gue sama orang lain. Aduh, gue ga
ngerti deh. Sekarang malah gue ragu itu cerita So Jisub hehehe. Seinget gue sih
dia.
Cuma satu kejadian yang gue inget. Ceritanya
dia lewat, dan gue kaget setengah mati. Bukan kaget sebagai fangirl, tapi kaget
sebagai tersangka suatu kesalahan sama dia. Dia lewatin gue, tapi ga lama
berbalik dan menemukan gue. Bener ga ya?
Beberapa bagian di mimpi ini rasanya udah
pernah gue mimpiin sebelumnya. Soal video-video tentang siapalah yang lagi
apalah tau. Ga jelas ya? Hm, soalnya pas bangun gue ga sadar gue mimpiin So
Jisub jadi ga langsung nyatet. Daaan hasilnya tara! Gue ngelantur kaya gini
wkwkk.
Jumat, 8 November 2013
Hadir kembali, godaan untuk mendaftar ke
universitas Surya. Tenang, mungkin ini kali terakhir gue tergoda, karena batas
akhir pengajuan beasiswa 15 November, tepat 7 hari dari hari ini. Pasalnya,
guru BK gue kembali mendekati gue dan memastikan apakah gue menerima Surya atau
tidak. Lalu gue nanya. “Siapa lagi yang daftar Surya?” beliau nyebut satu anak
IPS kelas sebelah, cewe, dan kebetulan satu SD sama gue. Barusan gue Line dan
nanya macem2 sama dia. Katanya dia mau masuk jurusan komunikasi -_- Dear, di
surya ga ada komunikasi semacam itu. Oke, gugur. Dan kalau udah begini,
alasan-alasan gue pengen masuk Surya kembali bermunculan, baik yang gue
kemukakan ke orang tua gue maupun tidak. BTW, bokap gue akhirnya setuju-setuju
aja gue untuk ngekos. Hehehe.
Tapi hasutan nyokap gue memang ampuh. Entah
memang beliau benar atau beliau yang masih konvensional dan bersikap apatis
sama universitas yang boro-boro terakreditasi, murid-muridnya aja baru belajar
sekitar 3 bulan di sana, serta jurusannya yang ga punya lapangan kerja yang
banyak. Tapi di terakhir, beliau tekankan lagi, kalau semua itu dari sudut
pandangnya. Jadi keputusan tetap di tangan gue. Intinya, nyokap gue lebih
setuju gue ke UNTAR.
Ngomong-ngomong, alasan yang ga pernah gue
sebutkan ke orang lain itu adalah keangkuhan. Betapa bangganya ketika orang tua
gue ditanyai oleh keluarga, kerabat, dan teman dekatnya “Anak lo kuliah di
mana?”. Mungkin kalo jawab Surya orang ga merespon banyak. Tapi ketika mereka
meneruskan “abis berapa?” dan nyokap gue akan menyahut “Dia dapet beasiswa
100%” itu wow banget. We o we. Sebagai anak nyokap gue, gue kan pengen buat dia
bangga juga dengan bukti kalau gue mungkin ga berbakat dalam bersosialisasi,
tapi gue bisa dihargai sebuah universitas yang uang kuliah normalnya 3 juta
sebulan sampai menggratiskan biaya kuliah demi gue menimba ilmu di sana. That’s
it.
Mengingat gue yang galaunya selangit begini,
mungkin gue memang kurang pantas menekuni bidang analisis.
Sabtu,
23 November 2013
Halo,
kembali dengan gue.
Sekali
lagi, gue membawa kegalauan gue mengenai Universitas. Ga habis-habis ya?
Kali
ini dari perusahaan raksasa, Bank BCA. Ngga, gue ga ditawarin khusus dengan
nilai gue yang belakangan oke. Ini jalur regular. Lewat tes, tapi kalau gue
sampai di terima, gue bisa menempuh pendidikan D3 selama 2,5 tahun, lalu lanjut
ke Universitas Trisakti dan sekitar 1 tahun gue lulus sebagai Sarjana Ekonomi
Trisakti. Oke, kan? Lalu hebatnya, kita ga perlu bayar. Semua ditanggung sama
pihak BCA. Bahkan sampai uang sekolah gue selama semester 2 di kelas 3 ini bisa
dirembes. Selama 2,5 tahun belajar, gue digaji 2,5 juta sebulannya. Kuliahnya
setiap hari, dan dapat makanan ringan jam 11 dan jam 3. Hari sabtu, kabarnya,
makan siangnya dalam bentuk buffet.
Tiga
kata buat program Program Pendidikan Akuntansi BCA. Anjir. Keren banget.
wkwkwk.
Bahkan
temen gue yang tadinya ga neko-neko mau daftar Universitas Negeri Jakarta
jurusan musik, karena memang passionnya di sana, mau daftar juga. Gembel
memang.
Tapi
ini kesempatan buat gue, karena lulusannya bisa dipastikan ga nganggur. Karena
pihak BCA akan bersedia memperkerjakan gue. Yah, kecuali gue bandel dan geblek
atau agak gila.
Gue
baru mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Doakan ya, gue berhasil lolos
saringan 2 psikotest + 2 wawancara + 1 medical test. Terutama kemudian IPK gue
ga pernah di bawah 2,75. Karena kalau ga.. out. Jeglek.
Masalahnya
adalah, gue udah membayarkan angsuran pertama gue ke untar. Ah..
Rabu,
11 Desember 2013
Oke,
banyak yang bisa gue ceritakan, tetapi gue ga lagi mood curhat. Gue cuma bête
karena ulah ‘idol’ dalam program Running Man. Gue sangat suka variety show dari
luar negeri ini, dan kebetulan gue lagi nonton yang bintang tamunya disukai
hampir semua orang. IU. Yeah, gue suka lgu-lagunya. Tapi dia udah di Running
Man beberapa kali, dan gue kurang suka dengan kehadirannya di sana. Dia seperti
Shin Sekyung. Pembawaannya serius, dan daripada berbohong, dia memilih
tertawa-tawa blablabla. Dan dia berteriak dengan suara melengkingnya ketika
teman satu grupnya jatuh. Gue tau, kalo gue diseret ke variety show macem gitu,
mungkin gue lebih buruk dari yang IU lakukan. Masalahnya, kalau gue jadi artis
dan gue tau gue ga cocok, gue ga akan coba melakukan promosi dengan jalur
variety show. Kecuali episodenya lagi special idol gitu. Lah, ini dia di
pasangin sama comedian senior Park Myungsoo. Kan gue jadi serbasalah. Dan gue
memang agak males sih sama IU kalo dalam konteks variety show. Dia lebih cocok
ke talkshow mungkin menurut gue. Variety show menuntut pengalaman yang banyak
dan kepribadian yang cocok. Dan menurut gue, IU cocokan nyanyi, karena memang
itu profesinya. Dan gue cuma senang dengar lagu-lagunya. Dia bikin gue nonton
Running Man dengan bad mood.
Maaf
yah, sekali lagi gue bukan haters IU, tapi kalo ada guest IU sendirian, dengan
pertimbangan temanya kurang asik, sebisa mungkin gue hindari. Dan idol-idol
lain yang ‘newbie’ di variety show.