Senin, 13 Januari 2014

Late Post :p



Sabtu, 26 Oktober 2013

Gue kembali, tanpa pencerahan. Makin kusut iya.

Setelah memperjuangkan Surya University sampai tetes-tetes air mata, gue kembali mempertimbangkan akuntansi biasa di universitas yang berletak di Grogol. Baru aja gue seneng abis karena kedua orang tua gue ‘membiarkan’ gue masuk Surya. Dan nyokap gue kembali menyatakan dukungannya untuk gue memilih yang gue mau, meskipun ga ada satu suarapun keluar dari bokap gue.

Tapi emang dasar ibu, kata-kata dia kembali membuat gue berpikir. Lulusan akuntansi, meskpun gue hina karena banyaknya sebanyak ikan di laut, tapi banyak diperlukan. Semua perusahaan, kecil, besar, menengah, butuh tenaga ahli akuntansi. Dan gajinya emang menggiurkan, kata blog seseorang. Khususnya seorang auditor, fresh graduate bisa dapet gaji yang lumayan. Dan setelah mengetik dengan berbagai macam tulisan, gue ga menemukan satupun job untuk seorang financial analyst yang oke. Di blog seseorang tadi juga disebutkan job finance analyst, tapi gajinya kalah dari gaji auditor. Damn.

Kalau mikir soal lowongan pekerjaan finance analyst di google kalah sama sarjana akuntansi biasa, tiba-tiba Untar punya nilai banyak kelebihan. Karena selain murah di ongkos, lulusannya lebih terpakai. Sementara di Surya, gue udah menghabiskan uang hingga 2 kali lebih banyak, dan ga semua perusahaan nerima gue, dengan penghargaan yang pantas, ini menurut gue.

Meskipun ga dipungkiri, jurusan semacam ini belum ditemukan di Indonesia. Paling ga belum ramai, gitu.

Minggu, 27 Oktober 2013

Sekitar setengah sampai 1 jam lalu, gue puter haluan ke Binus. Boleh gue ngomong kata kasar?
Gue menjilat ludah gue sendiri, dengan mencari-cari soal binus. Dan jeng jeng jeng.

Hari ini adalah tes gelombang terakhir untuk jalur beasiswa.

3 hari yang lalu adalah hari terakhir pendaftaran.

Jadi gue ga mungkin lagi masuk binus dengan potongan minimal 15%.

Gue lagi nangis, walaupun gue benci kalau gue kesekolah dengan mata bengkak lagi.
Rencananya mau hemat uang, malah begini.

Bagi gue, memperoleh beasiswa bukan sekedar penghematan uang. Salah satunya tertulis di visi gue, dan terakhir untuk prestise. Yup. Bagi ibu-ibu sosialita mungkin tas Chanel limited edition, bagi anak kecil mungkin mainan terbaru, dan lain-lain. Tapi bagi gue adalah seberapa besar gue memperoleh beasiswa, dan berapa besar penghematan yang gue lakukan. Gue pengen ngatain diri gue sendiri karena sombongnyaaaa..

Mungkin ini cara Tuhan mengajar gue untuk tidak sombong berlebihan.

Bahkan otak gue sedang mengejek gue. Riset? Universitas berbasis riset? BTW gue abis survey lapangan dimana Surya University berpijak.

Gue ga terima aja, istilahnya, anak sepinter gue kenapa harus masuk dengan jalur biasa?

Oke, berhenti sombong. Kalau begini terus, bisa-bisa gue malah ga kuliah sama sekali.

Gue tau gue sakit jiwa.

Kenapa hari ini harus 27 Oktober?

Kenapa gue baru berpikir soal binus sekarang?

Kenapa.. kenapa mimpi itu selalu indah?

Kenapa kenyataan jatuh di dasar banget?

Kenapa nasib ga berpihak ke gue?

Kenapa gue harus jadi gue? Why I have to be me?

Udah banyak gunung yang gue kira bakalan bisa di daki. Mulai dari mimpi ke Kyungsung, President University, UI, Surya University, Untar.. Binus ini sama sekali ga terlintas di mimpi gue. Dan sekalinya gue mau ke sana, Binus udah keburu berpaling.

Hidup.

Gue berpikir, seandainya gue bukan hidup dalam keluarga yang nilai religiusnya kuat, gue pasti akan bunuh diri sekarang. Gue ga kuat memikul malu sama diri gue sendiri, meskipun orang tua gue bahkan ga mempermasalahkan itu.

Senin, 4 November 2013

Stop membicarakan universitas, karena dari awal memang sudah seharusnya bukan hal itu yang gue bahas. Masalahnya sekarang, gue sekolah aja udah males. Ada proyek ini itu, bikin kerjaan. Dan lain-lain. Ah.
Hm, bahas apa ya?

Oh ya, ini baru kemarin terlintas di pikiran gue. Soal keberadaan partai politik di Indonesia yang menurut gue ga sehat. Kebetulan tadi pagi guru gue juga menyinggungnya seklias. Gue ga setuju keberadaan partai politik yang berasaskan agama di wilayah pemerintahan eksekutif. Agama apapun itu. Ya, ya. Sila kesatu kita keTuhanan. Intinya Negara kita mengataskan Tuhan dari segalanya. Tapi menjadi bagian dalam koalisi pada penjabatan Presiden dan wakilnya, gue cuma merasa aneh.

Kita kan bukan Negara agama?

Partai agama ini itu menurut gue harusnya sebatas duduk di DPR, sebagai penyalur aspirasi masyarakat agama ini itu dalam kegiatan pemerintahan dan pembentukan undang-undang. Plis, Presiden dan Wakil Presiden kasih ke partai Nasionalis aja. Toh Presiden dan Wakilnya beragama. Sudah pasti punya rasa solidaritas yang tinggi atas agamanya, dan rekan agama yang lain sebagai sesame yang diajarkan dalam interen agama.

Gue bicara ini sebagai minoritas, tentu saja.

Guru gue mendukung dengan berpendapat kalau agama tidak bisa dicampur adukkan dengan politik. Lihat agama Katholik? Sampai pecah dua men.

Yang pasti, dipimpin kader dari partai beragama bukan berarti Tuhan beserta kita.

Peace.

Selasa, 5 November 2013

Halo, selamat tahun baru Muharam!

Semalem gue mimpiin ahjussi kesayangan gue lagi, So Jisub. Seperti biasa, ceritanya ga jelas. Seharusnya gue bareng sama dia, tapi entah bagaimana kita terpisah dan gue sama orang lain. Aduh, gue ga ngerti deh. Sekarang malah gue ragu itu cerita So Jisub hehehe. Seinget gue sih dia.

Cuma satu kejadian yang gue inget. Ceritanya dia lewat, dan gue kaget setengah mati. Bukan kaget sebagai fangirl, tapi kaget sebagai tersangka suatu kesalahan sama dia. Dia lewatin gue, tapi ga lama berbalik dan menemukan gue. Bener ga ya?

Beberapa bagian di mimpi ini rasanya udah pernah gue mimpiin sebelumnya. Soal video-video tentang siapalah yang lagi apalah tau. Ga jelas ya? Hm, soalnya pas bangun gue ga sadar gue mimpiin So Jisub jadi ga langsung nyatet. Daaan hasilnya tara! Gue ngelantur kaya gini wkwkk.

Jumat, 8 November 2013

Hadir kembali, godaan untuk mendaftar ke universitas Surya. Tenang, mungkin ini kali terakhir gue tergoda, karena batas akhir pengajuan beasiswa 15 November, tepat 7 hari dari hari ini. Pasalnya, guru BK gue kembali mendekati gue dan memastikan apakah gue menerima Surya atau tidak. Lalu gue nanya. “Siapa lagi yang daftar Surya?” beliau nyebut satu anak IPS kelas sebelah, cewe, dan kebetulan satu SD sama gue. Barusan gue Line dan nanya macem2 sama dia. Katanya dia mau masuk jurusan komunikasi -_- Dear, di surya ga ada komunikasi semacam itu. Oke, gugur. Dan kalau udah begini, alasan-alasan gue pengen masuk Surya kembali bermunculan, baik yang gue kemukakan ke orang tua gue maupun tidak. BTW, bokap gue akhirnya setuju-setuju aja gue untuk ngekos. Hehehe.
Tapi hasutan nyokap gue memang ampuh. Entah memang beliau benar atau beliau yang masih konvensional dan bersikap apatis sama universitas yang boro-boro terakreditasi, murid-muridnya aja baru belajar sekitar 3 bulan di sana, serta jurusannya yang ga punya lapangan kerja yang banyak. Tapi di terakhir, beliau tekankan lagi, kalau semua itu dari sudut pandangnya. Jadi keputusan tetap di tangan gue. Intinya, nyokap gue lebih setuju gue ke UNTAR.
Ngomong-ngomong, alasan yang ga pernah gue sebutkan ke orang lain itu adalah keangkuhan. Betapa bangganya ketika orang tua gue ditanyai oleh keluarga, kerabat, dan teman dekatnya “Anak lo kuliah di mana?”. Mungkin kalo jawab Surya orang ga merespon banyak. Tapi ketika mereka meneruskan “abis berapa?” dan nyokap gue akan menyahut “Dia dapet beasiswa 100%” itu wow banget. We o we. Sebagai anak nyokap gue, gue kan pengen buat dia bangga juga dengan bukti kalau gue mungkin ga berbakat dalam bersosialisasi, tapi gue bisa dihargai sebuah universitas yang uang kuliah normalnya 3 juta sebulan sampai menggratiskan biaya kuliah demi gue menimba ilmu di sana. That’s it.
Mengingat gue yang galaunya selangit begini, mungkin gue memang kurang pantas menekuni bidang analisis.

Sabtu, 23 November 2013

Halo, kembali dengan gue.

Sekali lagi, gue membawa kegalauan gue mengenai Universitas. Ga habis-habis ya?

Kali ini dari perusahaan raksasa, Bank BCA. Ngga, gue ga ditawarin khusus dengan nilai gue yang belakangan oke. Ini jalur regular. Lewat tes, tapi kalau gue sampai di terima, gue bisa menempuh pendidikan D3 selama 2,5 tahun, lalu lanjut ke Universitas Trisakti dan sekitar 1 tahun gue lulus sebagai Sarjana Ekonomi Trisakti. Oke, kan? Lalu hebatnya, kita ga perlu bayar. Semua ditanggung sama pihak BCA. Bahkan sampai uang sekolah gue selama semester 2 di kelas 3 ini bisa dirembes. Selama 2,5 tahun belajar, gue digaji 2,5 juta sebulannya. Kuliahnya setiap hari, dan dapat makanan ringan jam 11 dan jam 3. Hari sabtu, kabarnya, makan siangnya dalam bentuk buffet.

Tiga kata buat program Program Pendidikan Akuntansi BCA. Anjir. Keren banget. wkwkwk.

Bahkan temen gue yang tadinya ga neko-neko mau daftar Universitas Negeri Jakarta jurusan musik, karena memang passionnya di sana, mau daftar juga. Gembel memang.

Tapi ini kesempatan buat gue, karena lulusannya bisa dipastikan ga nganggur. Karena pihak BCA akan bersedia memperkerjakan gue. Yah, kecuali gue bandel dan geblek atau agak gila.

Gue baru mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Doakan ya, gue berhasil lolos saringan 2 psikotest + 2 wawancara + 1 medical test. Terutama kemudian IPK gue ga pernah di bawah 2,75. Karena kalau ga.. out. Jeglek.

Masalahnya adalah, gue udah membayarkan angsuran pertama gue ke untar. Ah..

Rabu, 11 Desember 2013

Oke, banyak yang bisa gue ceritakan, tetapi gue ga lagi mood curhat. Gue cuma bête karena ulah ‘idol’ dalam program Running Man. Gue sangat suka variety show dari luar negeri ini, dan kebetulan gue lagi nonton yang bintang tamunya disukai hampir semua orang. IU. Yeah, gue suka lgu-lagunya. Tapi dia udah di Running Man beberapa kali, dan gue kurang suka dengan kehadirannya di sana. Dia seperti Shin Sekyung. Pembawaannya serius, dan daripada berbohong, dia memilih tertawa-tawa blablabla. Dan dia berteriak dengan suara melengkingnya ketika teman satu grupnya jatuh. Gue tau, kalo gue diseret ke variety show macem gitu, mungkin gue lebih buruk dari yang IU lakukan. Masalahnya, kalau gue jadi artis dan gue tau gue ga cocok, gue ga akan coba melakukan promosi dengan jalur variety show. Kecuali episodenya lagi special idol gitu. Lah, ini dia di pasangin sama comedian senior Park Myungsoo. Kan gue jadi serbasalah. Dan gue memang agak males sih sama IU kalo dalam konteks variety show. Dia lebih cocok ke talkshow mungkin menurut gue. Variety show menuntut pengalaman yang banyak dan kepribadian yang cocok. Dan menurut gue, IU cocokan nyanyi, karena memang itu profesinya. Dan gue cuma senang dengar lagu-lagunya. Dia bikin gue nonton Running Man dengan bad mood.

Maaf yah, sekali lagi gue bukan haters IU, tapi kalo ada guest IU sendirian, dengan pertimbangan temanya kurang asik, sebisa mungkin gue hindari. Dan idol-idol lain yang ‘newbie’ di variety show.