Kamis, 1 Agustus 2013
Beberapa hari yang lalu gue
menyelesaikan serial drama Jang Okjung, Live by Love. Gue memang ga nonton
bener-bener keseluruhan, karena ditinggal nyokap. Tapi gue masih bisa kasih sedikit review, dan gue juga ga
kehilangan feel serial tersebut.
Pertama, gue suka pemainnya.
Hehehe. Kim Taehee adalah sosok wanita cantik menurut gue, dan layak untuk
menempati wallpaper gue kala itu. Yes, even before kemampuan acting si cantik
ini agak diragukan, tapi setelah menonton serial terbarunya Jang Okjung, gue
yakin dia udah bekerja keras karena di film dulu-dulu akting dia keliatan
pas-pasannya. Sekarang sih udah oke, menurut gue. Dan meskipun dia tanpa poni,
seperti layaknya artis yang selalu cantik, dia juga cantik di sini. Menawan.
Yoo Ah in, gue juga awalnya ga gitu
suka. Tapi karakternya sebagai raja di film ini lumayan membuatnya menarik.
Yup, ga seperti di Sungkyunkwan Scandal dia tampil jadi berandalan dengan
penampilan gembel. Di sini dia rapi dan guanteng. Hohoho. Gue suka bagaimana
pamannya (yang main jadi pengacara di Innocent Man, yang ada Song Joongkinya.)
yang karakternya konyol-konyol menunjukkan rasa segannya pada Yang Mulia. Yoo
Ahin, sebagai raja dia bisa membawa wibawanya. Cara dia mengambil keputusan di
situasi sulit, dan bagaimana dia melawan pejabat-pejabat bawahannya dengan
tegas, khas raja yang egois. Tapi tetap keren. Itu pesona Yoo Ah in di film ini
yang ngena di gue. Dan dia ga cuma raja yang egois, dia tahu kebenaran dan
memperjuangkannya sejak dia masih muda. Dia melakukan perhitungan dengan baik,
dan yakin dengan pilihannya. Dia sadar bahwa menjadi raja bukan berarti
mendapat semua yang diinginkan. Bahwa bahkan seorang raja perlu berjuang untuk
pilihannya. Dia bahkan tidak menganggap posisi seorang raja begitu pentingnya,
mengatasi segalanya. Dengan kenyataan bahwa bahkan seorang Raja tidak serta
merta mendapat yang ia inginkan, King Sukjong ini bilang ‘Takhta? Sejak awal
aku memang tidak memilikinya.’ Yeah.
I love their love lines. Karena pertemuan
beberapa kali, mereka jadi menganggap semuanya itu takdir. Gue bingung juga mau
jelasin dari mana. Tapi gue memang suka banget. Di sini cara mereka
menyampaikan cinta pas gitu. Mereka membuat Jang Okjung dan King Sukjong jadi
pasangan paling sempurna dan serasi, dengan segala kekurangan mereka. Jang
Okjung yang belakangan jadi ‘serakah’ dengan cinta King dan menghalalkan segala
cara untuk lepas dari kebencian ibu suri dan status budak ibunya. Jang Okjung
ambisius, tapi ia tetap mencintai. Ini ga seperti Queen of Ambition, yang
membuat sic ewe jadi ga manusiawi karena ga punya cinta. Jang Okjung sangat
manusiawi, dan semua yang ia lakukan, ambisiusnya, api emosinya hanya diarahkan
untuk King yang ia cintai, Ibunya, dan orang-orang terdekatnya. Gue suka dengan karakter Jang Okjung di sini.
Balik soal love lines. Ada satu
kata-kata King yang memang bukan pertama kali gue denger, tapi tetep keren.
Yaitu saat Okjung tercebut di sekungan kolam cuci baju karena pembulian
berlapis, hujan turun. King, memerintahkan pengikutnya untuk tidak
mengikutinya. King berlari ke tempat Okjung dan berbicara soal cinta di sana.
Okjung marah, karena ia tidak bisa mendekati si King lagi karena perbedaan
status seperti bumi dan langit. Di sini Okjung belum ambisius jadi ratu. Then,
si King mulai balik marah dan akhirnya dia bilang, “Kalau bumi tidak bisa
mencapai langit, maka langit yang akan turun untuk mencapai bumi.” Dan tahukan
anda, saudara-saudara? Si King, bersamaan dengan kata-katanya itu turun ke
kolam cuci baju dan mencium Okjung. Jangan menciumnya yang digaris bawah.
Turun. King turun ke kolam dan baju bagian bawahnya basah. Dia turun ke kolam,
saat bicara soal ‘turun’. Di sana gue moved.
Cinta mereka dihalangi banyak
tembok. Ibu suri, politik, status, orang ketiga baik pria maupun wanita.
Kejahatan yang dilakukan Okjung yang dibakar ambisi itu juga diketahui oleh
King dan membuatnya meragu. Hubungan mereka kerap renggang akibat banyak hal,
tapi sampai pada akhirnya mereka cuma saling mencintai, tanpa sekalipun berubah.
Di terakhir, Okjung kembali menjadi perempuan biasa yang hidup dan berjuang
demi cinta. Dan demi cintanya. Okjung rela, dia bahkan meminta King untuk
menggulingkannya dari posisi permaisuri, karena desakan rakyat dan mahasiswa
sana akan mempersulit posisi King. Dan lain-lain, sepanjang film mereka saling
melindungi dan bikin gue melenyes. Yup, mungkin karena itu. Ga seperti drama
yang sudah-sudah, si cowo atau si cewe melindungi mati-matian pasangannya.
Okjung dan King adalah partner, rekan yang saling melengkapi. Berdua mereka
bahu-membahu untuk mempermulus jalan cinta keduanya dan disitulah letak
romantisnya. Sepert serial sebelumnya, She is Wow, mereka juga bahu membahu
saling menunjang karir masing-masing. Meskipun latar belakang dan akhirnya
sangat berbeda, keduanya punya persamaan dalam cara sebuah pasangan saling
mencintai. Okjung gitu-gitu pandai berpolitik, ga kaya yang lain yang cuma
mengatasnamakan kebenaran. Di dunia politik, ga ada kebenaran, yang ada
kepentingan. I love the way they do politics. Meskipun ga banyak yang bisa gue
petik dan gue manfaatkan. Hehehe.
Gue heran, banyak orang yang agak
‘kecewa’ atas endingnya yang pahit. Friends, that’s all written in history,
what’s wrong? Setelah gue baca biografi sekilas mengenai Okjung, dia memang
berakhir mati di kediamannya, Chwi Seon Dang, dengan racun. Apalagi karakter
yang terkenal macam dia di sejarah, kok orang-orang ga bisa nebak, sih? Masa
iya harus ada si Okjung dibawa pergi atas perintah raja dan sekali-kali raja
mampir untuk berkasih-kasihan? Ga, kan? Hiah, lebih baik begini. Ini adalah
kehormatan buat Okjung, sekaligus bukti setianya pada Ayah Negaranya saat itu,
Joseon.
Kalau gue mau rate, this may be 8
out of 10. Just in my opinion loh. You maybe different, but I’d gave the
review, right? It’s up to you, wheter you’ll watch someday or never.
Thank you!