Selasa, 03 September 2013

Jang Okjung, Live by Love - Slight Review



Kamis, 1 Agustus 2013

Beberapa hari yang lalu gue menyelesaikan serial drama Jang Okjung, Live by Love. Gue memang ga nonton bener-bener keseluruhan, karena ditinggal nyokap. Tapi gue masih bisa kasih sedikit review, dan gue juga ga kehilangan feel serial tersebut.

Pertama, gue suka pemainnya. Hehehe. Kim Taehee adalah sosok wanita cantik menurut gue, dan layak untuk menempati wallpaper gue kala itu. Yes, even before kemampuan acting si cantik ini agak diragukan, tapi setelah menonton serial terbarunya Jang Okjung, gue yakin dia udah bekerja keras karena di film dulu-dulu akting dia keliatan pas-pasannya. Sekarang sih udah oke, menurut gue. Dan meskipun dia tanpa poni, seperti layaknya artis yang selalu cantik, dia juga cantik di sini. Menawan.

Yoo Ah in, gue juga awalnya ga gitu suka. Tapi karakternya sebagai raja di film ini lumayan membuatnya menarik. Yup, ga seperti di Sungkyunkwan Scandal dia tampil jadi berandalan dengan penampilan gembel. Di sini dia rapi dan guanteng. Hohoho. Gue suka bagaimana pamannya (yang main jadi pengacara di Innocent Man, yang ada Song Joongkinya.) yang karakternya konyol-konyol menunjukkan rasa segannya pada Yang Mulia. Yoo Ahin, sebagai raja dia bisa membawa wibawanya. Cara dia mengambil keputusan di situasi sulit, dan bagaimana dia melawan pejabat-pejabat bawahannya dengan tegas, khas raja yang egois. Tapi tetap keren. Itu pesona Yoo Ah in di film ini yang ngena di gue. Dan dia ga cuma raja yang egois, dia tahu kebenaran dan memperjuangkannya sejak dia masih muda. Dia melakukan perhitungan dengan baik, dan yakin dengan pilihannya. Dia sadar bahwa menjadi raja bukan berarti mendapat semua yang diinginkan. Bahwa bahkan seorang raja perlu berjuang untuk pilihannya. Dia bahkan tidak menganggap posisi seorang raja begitu pentingnya, mengatasi segalanya. Dengan kenyataan bahwa bahkan seorang Raja tidak serta merta mendapat yang ia inginkan, King Sukjong ini bilang ‘Takhta? Sejak awal aku memang tidak memilikinya.’ Yeah.

I love their love lines. Karena pertemuan beberapa kali, mereka jadi menganggap semuanya itu takdir. Gue bingung juga mau jelasin dari mana. Tapi gue memang suka banget. Di sini cara mereka menyampaikan cinta pas gitu. Mereka membuat Jang Okjung dan King Sukjong jadi pasangan paling sempurna dan serasi, dengan segala kekurangan mereka. Jang Okjung yang belakangan jadi ‘serakah’ dengan cinta King dan menghalalkan segala cara untuk lepas dari kebencian ibu suri dan status budak ibunya. Jang Okjung ambisius, tapi ia tetap mencintai. Ini ga seperti Queen of Ambition, yang membuat sic ewe jadi ga manusiawi karena ga punya cinta. Jang Okjung sangat manusiawi, dan semua yang ia lakukan, ambisiusnya, api emosinya hanya diarahkan untuk King yang ia cintai, Ibunya, dan orang-orang terdekatnya.  Gue suka dengan karakter Jang Okjung di sini.

Balik soal love lines. Ada satu kata-kata King yang memang bukan pertama kali gue denger, tapi tetep keren. Yaitu saat Okjung tercebut di sekungan kolam cuci baju karena pembulian berlapis, hujan turun. King, memerintahkan pengikutnya untuk tidak mengikutinya. King berlari ke tempat Okjung dan berbicara soal cinta di sana. Okjung marah, karena ia tidak bisa mendekati si King lagi karena perbedaan status seperti bumi dan langit. Di sini Okjung belum ambisius jadi ratu. Then, si King mulai balik marah dan akhirnya dia bilang, “Kalau bumi tidak bisa mencapai langit, maka langit yang akan turun untuk mencapai bumi.” Dan tahukan anda, saudara-saudara? Si King, bersamaan dengan kata-katanya itu turun ke kolam cuci baju dan mencium Okjung. Jangan menciumnya yang digaris bawah. Turun. King turun ke kolam dan baju bagian bawahnya basah. Dia turun ke kolam, saat bicara soal ‘turun’. Di sana gue moved.

Cinta mereka dihalangi banyak tembok. Ibu suri, politik, status, orang ketiga baik pria maupun wanita. Kejahatan yang dilakukan Okjung yang dibakar ambisi itu juga diketahui oleh King dan membuatnya meragu. Hubungan mereka kerap renggang akibat banyak hal, tapi sampai pada akhirnya mereka cuma saling mencintai, tanpa sekalipun berubah. Di terakhir, Okjung kembali menjadi perempuan biasa yang hidup dan berjuang demi cinta. Dan demi cintanya. Okjung rela, dia bahkan meminta King untuk menggulingkannya dari posisi permaisuri, karena desakan rakyat dan mahasiswa sana akan mempersulit posisi King. Dan lain-lain, sepanjang film mereka saling melindungi dan bikin gue melenyes. Yup, mungkin karena itu. Ga seperti drama yang sudah-sudah, si cowo atau si cewe melindungi mati-matian pasangannya. Okjung dan King adalah partner, rekan yang saling melengkapi. Berdua mereka bahu-membahu untuk mempermulus jalan cinta keduanya dan disitulah letak romantisnya. Sepert serial sebelumnya, She is Wow, mereka juga bahu membahu saling menunjang karir masing-masing. Meskipun latar belakang dan akhirnya sangat berbeda, keduanya punya persamaan dalam cara sebuah pasangan saling mencintai. Okjung gitu-gitu pandai berpolitik, ga kaya yang lain yang cuma mengatasnamakan kebenaran. Di dunia politik, ga ada kebenaran, yang ada kepentingan. I love the way they do politics. Meskipun ga banyak yang bisa gue petik dan gue manfaatkan. Hehehe.

Gue heran, banyak orang yang agak ‘kecewa’ atas endingnya yang pahit. Friends, that’s all written in history, what’s wrong? Setelah gue baca biografi sekilas mengenai Okjung, dia memang berakhir mati di kediamannya, Chwi Seon Dang, dengan racun. Apalagi karakter yang terkenal macam dia di sejarah, kok orang-orang ga bisa nebak, sih? Masa iya harus ada si Okjung dibawa pergi atas perintah raja dan sekali-kali raja mampir untuk berkasih-kasihan? Ga, kan? Hiah, lebih baik begini. Ini adalah kehormatan buat Okjung, sekaligus bukti setianya pada Ayah Negaranya saat itu, Joseon.

Kalau gue mau rate, this may be 8 out of 10. Just in my opinion loh. You maybe different, but I’d gave the review, right? It’s up to you, wheter you’ll watch someday or never.

Thank you!