Rabu, 6 Juni 2012
Liburan membuat gue kehilangan cerita. Tentu cerita tentang
‘dia’. Re-, he has graduated. Semua
yang gue tulis di atas akhirnya kejadian juga. Kesamaan yang menjadi media
pertemuan pertama kita dan pertemuan selanjutnya. Dia bukan kakak kelas gue
lagi, dia alumni sekolah gue. Dia bukan anak SMA lagi, dia udah pergi ke
kampus. Tapi dia tetap Re-, yang selama hidupnya menjalani metamorfosis. Secara
sadar maupun tidak. Sama halnya dengan gue yang merupakan ciptaan progresif,
gue ga akan pernah statis. Seberapa kuat manusia bertahan statis, waktu
memegang kekuasaan yang dahsyat untuk mengubah setiap insan. Kita bukan garis
sejajar apalagi berhimpit. Kau dan aku berpotongan membentuk sudut 93o.
9 bulan dibawah papan nama sekolah yang sama, belajar di gedung yang sama, dan
pergi ke kantin yang sama. Tidak seperti seorang yang sekadar lewat di depan
matamu, aku mampir sebentar ke teras hidupmu. Lalu mengintai dari balik
tembokmu seperti pencuri. Itulah aku.
Kak Re-, hati-hati di jalan.
Jangan pernah mencoba mengingat aku, atau menebak siapa aku.
Itu hanya membuat kepalamu sakit.
Kamis, 7 Juni 2012
Tadi berempat ngumpul-ngumpul, topik obrolan berujung pada yang
galau-galau. Yul mengatakan bahwa banyak yang menyerah pada cintanya setelah
mendengar seorang teman mengangkat bendera putihnya. Dengan suara lirih aku
berkata pada ia yang tengah tidur di pangkuanku. ‘Gue uda di itung belom?’ lalu
ia menyadari bahwa aku termasuk orang yang menyerah. Ia menyetujuinya dengan
berkata bahkan aku tidak bisa mengobrol dengannya dan lain-lain. Kemudian aku
bergumam,’Dari awal gue suka dia, gue uda nyerah.’ Gue rasa ga ada yang denger.
Itu memang perkataan buat gue sendiri.
‘Lo ga follow twitternya?’
‘Kagak. Twitter ga gue follow, facebook ga gue add. Mutual
friendsnya cuma 13.’ Sahut gue.
Lalu gue mengeraskan suara dan bilang,’Gue secret admirer.’