Kamis,
24 Oktober 2013
Setelah
mingkem cukup lama karena batalnya rencana berjaket kuning, gue kembali
mendapat angin segar.
Hari
Senin kemarin seorang luar biasa mampir ke sekolah gue, mempresentasikan
tentang Indonesia Jaya dan universitasnya, Surya University. Walaupun gue anak
IPS dan beliau lebih menekankan ke ilmu IPA, gue banyak termotivasi. Apalagi
belakang-belakang beliau ngaku kalau beliau adalah S3 dengan spesialisasi
Fisika Nuklir, yang membawa Indonesia menjadi pemenang dalam olimpiade Fisika
internasional yang bergengsi, dan lain sebagainya. Yup, beliau adalah Prof.
Yohanes Surya, Ph.D. Sial, brosurnya baru dibagiin belakangan. Kalau aja
brosurnya dibagi lebih awal, gue akan menganga lebih lama dari yang kemarin gue
lakukan.
Ga
perlu gue detailin soal isi presentasinya, tapi yang pasti cukup buat gue yang
awalnya ga tau siapa dia jadi tertarik. Lalu beliau mengakhiri sesi presentasi
dan sampailah di bagian yang paling gue suka, bagi-bagi hadiah. Ekspektasi gue
adalah merchandise berupa pensil, buku memo, atau semacam tas bersablon Surya
University. Tapi daebaknya, bukan merchandise yang luap oleh sablon merek, tapi
beasiswa.
Beasiswa
100%.
20 anak
dari angkatan gue dapet selembar sertifikat yang merupakan simbol anugerah
beasiswa 100% dari Prof. Yohanes Surya, Ph.D, total 5 anak per kelas. The good
news is, I’m one of them.
Another
good news, I do shake hand with him. Kyaw! Gue harap sedikit dari IQ-nya
tercopy-paste ke gue. Hehehe.
Mengharukan
banget bagi gue, si pendiri universitas yang datang langsung ke tempat gue. Gue
sangat menyesal karena mengabaikan beberapa kata karena gue pikir beliau orang
biasa. Baca, sangat menyesal.
Kesan
gue makin baik, karena gue mikir juga. Kenapa ni orang ga ngomong soal dirinya
yang luar biasa itu dari awal? Seandainya dia ngomong dari awal, mungkin gue
akan lebih memerhatikan dari awal. Tapi gue mikir juga, sih. Seandainya dia
ngomong dari awal, akan tampak seperti dia menyombongkan diri. Berhasil,
professor ini berhasil menyentuh hati anak SMA yang plin-plan ini buat
membulatkan tekad setiap hari ke Gading Serpong, ke kampus Surya University.
Lagipula,
ada jurusan Finance Analyst yang pastinya belum banyak lulusannya. Dan gue rasa
itu lebih baik dari sekedar Akuntansi di Untar (maaf ya kalau tersinggung. Ini
pendapat pribadi yang wawasannya masih kurang, jadi kalau salah mohon
diberitahu). Meskipun gue akui, gue lebih cocok kerja di belakang meja dan
berkutat sama buku.
Dan selanjutnya, tragedi UI kembali terulang.
Damn,
dengan apa gue ke sana setiap hari? Kos? Jatuhnya mahal. Pulang pergi setiap
hari, ga ada angkot yang tepat. Sebenernya, jarak dari rumah gue ke daerah
Serpong sana ga jauh, sekitar 30 menit naik mobil. Harus naik mobil, karena lewat
tol. Oh, man. Kalo kos, repot ini itu dan the most important is, bokap gue.
Sekali lagi bokap gue menyarankan gue masuk Untar.
Dan
barusan, satu-satunya orang tua yang menyetujui gue kemanapun gue mau
berkampus, nyokap gue bilang, “udahlah, mikir yang simple aja.”. Lalu gue pun
membalas, “simple berarti kuliah di Untar..” nyokap gue ga jawab. Gue pengen
lihat deh nasib gue satu setengah tahun ke depan. Apakah gue akan nongkrong di
Citraland atau Summarecon.
Memang
pertimbangan gue di Surya University lumayan juga. Satu, kampus itu lebih ke
sains. Jadi gue takut kalau fakultas IPSnya ditelantarkan. Dua, beasiswa itu
tentu bukan tanpa syarat. IPK gue harus diatas 3,25 ditahun pertama, 3,5
ditahun kedua, hingga 3,75 di tahun ketiga. Agak mustahil ya.. Sekilas info,
gue baru liat kalau tahun terakhir minimal 3,75. Sebelumnya gue kira 3,23
sepanjang 4 tahun. x_x .Kalau gue ga sampai segitu, gue bakalan bayar fee 3
juta sebulan. Gila lo, itu 3 kali lipet uang sekolah gue hari ini.
Sekian
curhat manusia super galau ini..
nb: Atau ada yang mau bantu info? Apa ada bus patas AC yang mampir tol Kebun Jeruk dan kemudian mampir ke tol yang dekat Gading Serpong? Berbagilah, nasib gue bisa jadi di tangan kalian.. Terima kasih.