Senin, 17 Februari 2014

15 Februari, Bukan Valentine



Sabtu, 15 Februari 2014

Bukan, bukan cerita soal Valentine. Kemarin yang gue lakukan hanya menghapal kalimat pidato sampai hampir mati. Tapi ternyata gue metik buahnya juga. Menurut beberapa anak, pidato gue yang paiing bagus dari antara 15 anak pertama. Yah, bukannya sombong. Gue hanya berpikir itu sudah sepantasnya mengingat seharian, bener-bener seharian gue cuma ngoceh-ngoceh pidato. Kalau sampai pidato gue remedial, ..gue ga berani juga sih bilang Tuhan itu kejam.. yah intinya upah minimum yang harus gue terima adalah, ga remedial. Plis, kalo remedial di depan kelas 10 men. Ciut gue.

Ga terasa, sekitar 2 bulan lagi gue melakukan ujian nasional. Artinya, gue akan mengakhiri masa SMA gue.

Balik lagi ke soal pidato. Gue harus mengakui, kalau kepercayaan diri gue untuk menampilkan yang terbaik sebisa gue itu pengaruh dari Re- juga. Omong-omong, kemarin ini Re- sekitar sebulan ke Jakarta, tanpa gue tahu tiba-tiba ia sudah kembali ke Yogya. Lalu gak lama Gunung Kelud mengeluarkan abunya. Balik lagi ke soal pidato (lagi), gue mengadopsi cara yang digunakan Re- dalam berbicara di depan. Yaitu dengan melangkah. Terbukti, saat gue pidato sambil melangkah gue jauh lebih tenang. Dalam arti gue dapat menyampaikan apa yang harus gue sampaikan. Gue cenderung lupa kalau diam. Jadi kalau ada kesempatan untuk mengucapkan terima kasih atas keberhasilan gue yang biasanya bacot di tulisan doang, pertama gue akan bilang Tuhan YME, karena kekuatannya gue bisa begini. Kedua, keluarga. Mereka banyak men-support dan memberi masukan. Ketiga, Re-. Ya, cara gue bisa pidato kan dari dia. Ke empat baru temen-temen gue. Hehehe.