Kamis, 3 Mei 2012
Gue menemukan bahwa teman sebangku gue juga merupakan
stalker semacam gue. Gue lagi senang dengan istilah stalker, karena merasa itu
gue banget. Penguntit. Pengumpul segala informasi mengenai seseorang yang bahagia
bila bisa melihatnya. Meski gue ga mengatakan secara langsung kepada teman
sebangku gue ini.
Tugas kelompok inggris, gue bersama seorang anak cowo yang
punya kakak perempuan yang duduk di bangku kelas 12. Teman kelompok gue ini
membeberkan informasi sejauh yang ia tahu. Gue ga terlalu khawatir karena dia
ga tau apa-apa. Beda kalau gue nanya sama anak-anak yang udah rada deket,
terutama kalau dia cewe. Meski gue menyebutkan angkatan kelas 12, mereka pasti
kena provokasi Oni. Kebetulan Oni dan kelompoknya cukup jauh untuk bisa denger
obrolan gue. Basi sih, pada akhirnya gue kasih tau ke Oni juga. Bahwa seminggu
ini kelas 12 masuk dari jam 8 sampe jam 11 untuk latihan graduasi. Kemaren sih
sempet siapa gitu bilang kalau anak kelas 12 berkeliaran. Meski telat banget
infonya, secara besok uda hari terakhir masuk, gue ga merasa rugi-rugi amat.
Gue sempet berpikir untuk menyamar via facebook untuk
mengetahui universitas yang akan ia masuki. Tapi ide ini payah banget. Kalo
twitter? Hm. Kalo twitter boleh tuh. Mention kan ga keliatan. Tapi apa dia mau
bales? Pedih banget rasanya masih ga tau tujuan kampusnya.
Senin, 14 Mei 2012
Baru pulang kemping besar kemarin. Dari acara kemping, ga
banyak yang perlu gue ceritain, karena kalau mau semua di ceritain, jari-jari
gue ga kuat. Cuma ada satu penyesalan gue yang rasanya berat dan mengganggu
banget.
Malem kedua, gue ngumpul rame-rame main Pancasila lima
dasar. Karena kalah, gue disuruh jawab pertanyaan mereka. Siapa cowok paling
ganteng di kelas gue. Karena otak gue bener-bener mantek pas itu, gue mencoba
mencari jawaban lain. Gue bilang aja, ga ada yang ganteng. Lalu gue menawarkan
hal lain. Gimana kalo gue jawab sesuatu yang ga nyambung. Mereka nolak. Sampe
kata-kata yang menjelaskan bahwa gue menyukai seseorang, lalu mereka heboh
mengejer gue. Tentu dengan pertanyaan. Pertanyaan demi pertanyaan yang
terlontar membuat gue semakin ciut. Rahasia besar gue semakin mengerucut menuju
kebenaran. Pada ujungnya, mereka mengajukan nama Re- yang bikin gue mati kutu.
Meski gue teuteup ngeles bahwa mereka ga akan tau. Semuanya bener-bener kacau.
Gue ga kepikir kalau mereka akan begitu. Mereka curang. Aturannya kan kalah
sekali 1 pertanyaan. Mereka nyerocos dan gue tau ujung-ujungnya gue dikatain
maen rahasia-rahasiaan. Bagi gue, mereka ga cukup deket untuk gue bagi sesuatu
tentang Re-. Mereka kan beda kelas. Pokoknya ada batasannya deh. Gue kembali
gagal menjaga rahasia. Setelah Re- (kalau ada) ga akan seorangpun yang akan
tau. Gue janji. Biar hanya mata gue yang menjelaskan segalanya. Mulut gue ga
akan sedikitpun nyenggol. Perhatikan itu.
--
Hibernasi gue belum selesai. Minggu ini gue ga yakin akan ada waktu buat nulis lagi, begitu juga minggu depannya. Pokoknya, hibernasi masih jalan.
Daaah! :)